Tuan..
Apakah kau ingat saat pertama kita bertemu? Saat itu kulontarkan senyum sinisku
padamu. Karena aku belum begitu mengenalmu dan aku belum tahu siapa kamu. Aku
tak ingat betul tanggal berapa kejadian itu. Tapi masih terekam jelas di memoar
otakku.
Tuan.. Apakah
kau ingat siapa aku dan siapa kamu? Mengapa kita bisa bertemu? Mengapa kita
bisa kenal sejauh ini? Tuan.. aku masih ingat semua tentang kita. Apakah kau
masih ingat? Walau sedikit, aku ingin kau mengingatnya.
Tuan, waktu
itu, kau juga melontarkan senyum itu. Kau beriku senyum manismu. Dan aku
langsung masuk kedalam. Awalnya aku tak menyadari. Tetapi beberapa hari, aku
terus memikirkanmu. Aku terus memikirkan bagaimana cara berkenalan denganmu. Mengetahui
kau salah satu teman dari kakakku. Aku sadar tidaklah mudah untuk dekat dengan
teman kakak aku.
Tuan, ingatkah
kau pertama kali kita melakukan penjelajahan samudra bersama? Walau kita
berbeda kapal, tetapi tujuan kita sama dan kita berjumpa di suatu benua. Kita
bercanda, kita bicara tentang hewan. Kita memang menyukai binatang. Aku rasa.
Di benua itu, kita menikmati bintang-bintang buatan manusia sehingga bintang
buatan Tuhan-pun terhalang.
Tuan..
ingatkah kau saat kita membuat sesuatu sebagai tanda kita pernah saling kenal?
Kita selalu berdiri berdampingan diriuhnya kawan kita sendiri. Kita
mengabadikan moment itu. Kita tetap berdampingan. Tuan, taukahkau? Tiba-tiba
aku gugup.
Tuan.. entah
dengan cara apa lagi aku menggapaimu. Aku sadar, aku terlalu memaksakan
kehendakmu. Memaksa kenyataan agar sesuai dengan semua keinginanku. Bersamamu.
Namun hal itu terasa sulit. Aku tak tahu harus berbuat apa. Aku tak cukup
pandai untuk mengambil hati seseorang yang masih terus mengingat nama mantan
kasihnya. Aku tak pandai bila harus berterus terang. Aku tak pandai untuk
mengatakan kepada kakakku. Tapi, aku tak jua lihai mengelabuhi perasaanku
padamu.
Tuan, kau
ingat bahwa kau kuliah di luar kota? Dan aku sendiri masih anak SMA? Itu
artinya intensitas waktu bertemu kita sangat sedikit. Tak usah jauh-jauh
mencari alasan tentang itu. Walau kau pulang seminggu sekalipun, kita tetap
jarang bertemu. Mengapa? Karena aku tak pernah berani mengatakan bahwa “aku
ingin bertemu kau”
Tuan.. Mungkin
kini saatnya. Aku memutuskan sesuatu hal yang tak pernah terpikirkan sebelumnya
olehku. Aku ingin bersamamu. Dan mungkin ini keyakinanku setelah semua bajingan
tolol itu menggigitku.
Tuan.. tak
banyak cerita yang telah kita buat. Tapi aku berharap kisah kita terus
berlanjut dan kisah kita dapat kita kenang selamanya.
Tuan, aku pikir aku
merindukanmu dan aku ingin bersamamu...
No comments:
Post a Comment