Sunday, January 13, 2013

Teruntuk Tuanku...


Tuan.. Apakah kau ingat saat pertama kita bertemu? Saat itu kulontarkan senyum sinisku padamu. Karena aku belum begitu mengenalmu dan aku belum tahu siapa kamu. Aku tak ingat betul tanggal berapa kejadian itu. Tapi masih terekam jelas di memoar otakku.
Tuan.. Apakah kau ingat siapa aku dan siapa kamu? Mengapa kita bisa bertemu? Mengapa kita bisa kenal sejauh ini? Tuan.. aku masih ingat semua tentang kita. Apakah kau masih ingat? Walau sedikit, aku ingin kau mengingatnya.
Tuan, waktu itu, kau juga melontarkan senyum itu. Kau beriku senyum manismu. Dan aku langsung masuk kedalam. Awalnya aku tak menyadari. Tetapi beberapa hari, aku terus memikirkanmu. Aku terus memikirkan bagaimana cara berkenalan denganmu. Mengetahui kau salah satu teman dari kakakku. Aku sadar tidaklah mudah untuk dekat dengan teman kakak aku.
Tuan, ingatkah kau pertama kali kita melakukan penjelajahan samudra bersama? Walau kita berbeda kapal, tetapi tujuan kita sama dan kita berjumpa di suatu benua. Kita bercanda, kita bicara tentang hewan. Kita memang menyukai binatang. Aku rasa. Di benua itu, kita menikmati bintang-bintang buatan manusia sehingga bintang buatan Tuhan-pun terhalang.
Tuan.. ingatkah kau saat kita membuat sesuatu sebagai tanda kita pernah saling kenal? Kita selalu berdiri berdampingan diriuhnya kawan kita sendiri. Kita mengabadikan moment itu. Kita tetap berdampingan. Tuan, taukahkau? Tiba-tiba aku gugup.
Tuan.. entah dengan cara apa lagi aku menggapaimu. Aku sadar, aku terlalu memaksakan kehendakmu. Memaksa kenyataan agar sesuai dengan semua keinginanku. Bersamamu. Namun hal itu terasa sulit. Aku tak tahu harus berbuat apa. Aku tak cukup pandai untuk mengambil hati seseorang yang masih terus mengingat nama mantan kasihnya. Aku tak pandai bila harus berterus terang. Aku tak pandai untuk mengatakan kepada kakakku. Tapi, aku tak jua lihai mengelabuhi perasaanku padamu.
Tuan, kau ingat bahwa kau kuliah di luar kota? Dan aku sendiri masih anak SMA? Itu artinya intensitas waktu bertemu kita sangat sedikit. Tak usah jauh-jauh mencari alasan tentang itu. Walau kau pulang seminggu sekalipun, kita tetap jarang bertemu. Mengapa? Karena aku tak pernah berani mengatakan bahwa “aku ingin bertemu kau”
Tuan.. Mungkin kini saatnya. Aku memutuskan sesuatu hal yang tak pernah terpikirkan sebelumnya olehku. Aku ingin bersamamu. Dan mungkin ini keyakinanku setelah semua bajingan tolol itu menggigitku.
Tuan.. tak banyak cerita yang telah kita buat. Tapi aku berharap kisah kita terus berlanjut dan kisah kita dapat kita kenang selamanya.
Tuan, aku pikir aku merindukanmu dan aku ingin bersamamu...

No comments:

Post a Comment