Tuesday, January 1, 2013

Aku, Kamu dan Dia (Part1)



                “Hei, aku Dorkas. Anak sepuluh I. Senang bertemu dengan kalian” ujar Dorkas di depan teman-teman Pasukan Inti. Dorkas adalah gadis yang menyukai kegiatan semacam itu. Sebenarnya dia ingin mengikuti kegiatan diluar sekolah yaitu pecinta alam, tetapi ia dilarang keras oleh mamanya yang  over protective. Dorkas bersekolah di SMA Lucia. Walaupun mamanya over protective, tetapi Dorkas mampu menyesuaikan diri dengan cepat. Biasanya jika sang mama terlalu over protective, anaknya akan menjadi pribadi yang kurang bisa beradaptasi, namun berbeda dengan Dorkas. Dorkas kini tinggal di Asrama Lucia. Hal tersebut selain dimaksudkan agar lebih dekat dengan sekolah, dia juga bisa jauh dari orang tua. Ia ingin belajar mandiri.
                Suatu pagi di sekolah, Dorkas bertemu dengan kakak kelas,namanya Dewa. Dewa adalah salah satu anggota Pasukan Inti. Awalnya Dorkas tidak tahu sama sekali tentang Dewa. Namun semenjak mereka mendapatkan tugas yang sama, yaitu sebagai divisi dekorasi dan dokumentasi, keduanya menjadi dekat. Sebelumnya jarang ada yang bisa sedekat ini pada Dewa. Karena Dewa orangnya jutek, pendiam dan dingin. Banyak anak yang mengatakan bahwa mereka bukanlah sekedar teman biasa. Tapi hal tersebut selalu ditepis oleh Dorkas.          
                “Besok, tanggal 12 november ada event ulang tahun sekolah. Jadi kita rapat nanti pulang sekolah jam 3 sore. Ga ada yang telat, ga ada yang ijin. Semua tepat waktu!” Ucap Dewa kepada Dorkas.
                “Iya iya gue tau. Bawel amat jadi orang” jawab Dorkas ketus.
                Dorkas memang begitu pada Dewa. Bicara seenak jidat. Biasanya Dewa marah bila diperlakukan seenaknya. Tapi beda dengan Dorkas. Mereka sudah seperti kakak adik.
                Sepulang sekolah Dorkas tidak langsung ke ruang rapat melainkan lari ke kantin. Perutnya sedari tadi keroncongan tak karuan. Dia memesan menu spesialnya. Sayur dengan lauk ayam plus sambal kecap. Yummy..  Sedang enak mengunyah, tiba-tiba ada seseorang berjalan tegap melewati Dorkas. “Tuh cowo angkuh bener sih. Jalan aja kepalanya harus liat atas. Ada duit diatas kah” kata Dorkas dalam hati. Tanpa disadari, cowo itu melihat tajam kearah Dorkas. Sontak, Dorkas langsung gelagapan dan alhasil Dorkas tersedak makanannya sendiri. Sialnya Dorkas belum memesan minum. Untung dia masih menyisakan bekal minumnya ditas. “Whoops,mana tas gue?” ucap Dorkas. Dia baru teringat kalau dia meninggalkan tas di kelas terakhir. Padahal di SMA Lucia, sudah menerapkan moving class dan setiap kelas tidak digunakan langsung dikunci oleh petugas. Dorkas langsung meletakan uangnya ke meja kantin dan bergegas lari ke kelas terakhir di lantai tiga. Can you imagine that?
                Setelah bersusah payah lari ke pos jaga untuk meminjam kunci ruangan, Dorkas lari menaiki tangga untuk dapat menuju ke lantai tiga. “Hih bayar sekolah mahal-mahal kenapa ga ada lift sih? Minimal eskalator kek. Cape niiih” gumam Dorkas. Akhirnya  Dorkas sampai di depan kelas terakhirnya. Dia tidak langsung membuka pintunya karena Dorkas harus mencoba semua kunci itu. “Hiiih ini yang mana siiiih” ucap Dorkas sengit. Tiba-tiba dari belakangnya terulur tangan besar. “Sini gue bantu. Payah gini aja ga bisa” ucap cowo itu. Dorkas hanya bisa melongo. Ternyata itu cowo yang ia temua di kantin tadi. “Heh cepet ambil barang lo” Dorkas terhempas dari lamunannya. Dia bergegas mengambil tasnya. Tiba-tiba ..”Whoops gue harus kumpul pasukan niiiih” teriak Dorkas panik. “Thanks ya Kaak” ucap Dorkas saat melewati cowo itu didepan pintu. Dorkas tahu kalau cowo itu kakak kelas karena Dorkas sempat melihat tanda di dada kirinya yang bertanda XII berararti dia kelas dua belas. Cowo itu menarik tangan Dorkas,”Woi sakit!” jerit Dorkas. “Tenang aja kali. Gue juga kumpul pasukan. Bareng aja yuk” ajak cowo itu.
                Sementara Dorkas masih terburu-buru dan merasa panik, cowo itu membuka percakapan  “Nama gue Naga. Elo?”
“Dorkas” ucap Dorkas enteng. Dorkas mempercepat langkahnya. Lain dengan Naga yang sangat santai. “Udahlah santai aja. Telat tuh jangan setengah-setengah. Mending langsung telat sejam dua jam” ujar Naga. “Seenaknya jidat lo. Gue ga boleh telat. Cepet deh. Gue ga mau kena marah anak-anak” kata Dorkas.
                Setibanya di ruangan...
“Sumpah lo dari mana aja Dorkas?” sembur Dewa.
“Aaaa sorry tadi tas gue ketinggalan di lantai tiga. Sorry. Udah mulai kah?” tanya Dorkas polos.
“Udah. Lo ketinggalan setengan bahasan. Cepet buka buku lo. Catet apa yang mesti lo beli” perintah Dewa.
Gilaa ini sih banyak banget yang harus dibeli gimana gue bawanya. Pikir Dorkas.
                Petang tiba. Saatnya rapat selesai dan pulang. Yeay pulang, mandi, belajar, tidur. Pikir Dorkas
“Dor, lo beli sekarang ya. Besok acara. Kita dekor malem ini juga. Gimana?” kata Dewa
“Apaaa?Sekarang gue musti beli?Terus balik lagi ke sekolah? Gue mau mandi Deeew” jerit Dorkas.
“Gue ga mau tau. Eh dor. Sorry juga nih. Gue ga bisa anterin lo. Gue ada perlu sama Rifkia. Sorry.” Ucap Dewa sebelum pergi.
“Huh, Rifkia dan Rifkia lagi. Apa sih hebatnya dia? Kenapa Dewa selalu mau sama dia” gerutu Dorkas. Dorkas tersadar. Dia hanya mempunyai sedikit waktu untuk mandi dan membeli peralatan serta perlengkapan. Dorkas pun langsung lari pulang.
                Setelah mandi, Dorkas berkemas untuk membeli peralatan kemudian kembali ke sekolah. Weits tapi dia teringat . Motor Dorkas masuk bengkel karena mesinnya bermasalah. Sedang jika harus naik bus kota, dia kurang hafal jalurnya.Akhirnya mau tidak mau  Dorkas nekat naik bus.
                Dorkas keluar dari asramanya. Tiba-tiba didepan sudah berdiri Naga.
“Hei, gue denger motor lo masuk bengkel kan? Udah yuk gue anter beli peralatannya.Sekalian biar gue dianggep kerja. Tadi kan gue cuman duduk dengerin perintah. Dan gue ga dapet perintah.” Ucap Naga.
“Oh. Bener nih gapapa?” tanya Dorkas tak yakin. “Iya bawel. Naik gih” suruh Naga
                Setelah membeli semua peralatan, Dorkas dan Naga kembali ke sekolah. Jam menunjukan pukul tujuh malam.
“Dewa mana?” tanya Dorkas pada Tata, teman Dewa. “Tuh di lantai dua. Lo dicari tuh” jawab Tata. Dorkas langsung lari menyusul Dewa. Sedangkan Naga membantu anak lainnya.
                “Dew, gue udah beli tuh. Jadi gimana?” tanya Dorkas. “Lo bawa naik lah. Kenapa lo tinggal di bawah?” jawab Dewa ketus. “Ya lo ga bilang sih” sungut Dorkas. Dorkas kembali ke bawah untuk mengambil peralatannya. “Dipikir ga cape naik turun gini huh,” gerutu Dorkas. Belum sampai bawah, Naga telah membawakan bawaannya. “Nih bawaan lo.” Kata Naga. “Thanks” kata Dorkas sembari balik ke atas lagi.
“Dewa. Nih. Jadi gimana desainnya?” tanya Dorkas. “Lo bawain pitanya. Nanti gue yang masang. Ngerti?” suruh Dewa. “Siap Pak Jendral!”
                Tanpa diduga, Naga memperhatikan Dorkas. Tetapi Dorkas masih asyik dengan Dewa. Mereka tertawa dan bercanda.
Malam makin larut. Dekorasi sudah selesai. Saatnya pulaaang. Dorkas pulang diantar Dewa. Walaupun asrama Dorkas hanya seberang sekolah, tetapi Dewa selalu mengantar Dorkas.
Tiba-tiba di depan sekolah..
                                                    To be continued....

No comments:

Post a Comment