Pagi
hari, Bintang belum juga bangun. Ringtone
handphone-pun tak ia gubris. Entah karena terlalu lelah, Bintang belum mau
beranjak dari tempat tidur super nyaman tersebut. Bintang terlalu nyaman.
Di satu sisi, Bernard yang sedari
tadi menghubungi Bintang mulai khawatir. Ia heran mengapa telefonnya tidak
diangkat oleh Bintang. Ia terus-menerus mencoba menghubungi Bintang.
“Haloooo.” Bintang akhirnya
mengangkat telefon Bernard dengan nada malas.
“Eh lo gila ya. Kemana aja lo? Gue
hubungin ga nyaut gitu. Ga mau tau nanti sore lo harus dateng!” kata Bernard
keras.
“Woi santaaai. Bikin janji seenak
perut lo.” Klik. Bintang mematikan
sambungannya.
Walau baru dua hari sejak
pertemuannya dengan Bernard, Bintang merasa bahwa semangatnya telah kembali.
Dia mulai semangat menjalani hari-harinya. Walaupun Bernard orang yang jahil,
iseng dan menyebalkan, tapi hal tersebutlah yang membuat Bintang nyaman terus
berada disampingnya.
Sorepun tiba. Bintang bergegas pergi
ke Taman. Tetapi kali ini berbeda. Bintang yang biasanya jarang berdandan, kali
ini ia sedikit memoles wajahnya. Ia ingin nampak cantik di hadapan Bernard.
“Hei Bernard. Lama nunggu?” sapa
Bintang setibanya di taman.
“Iya sejam gue bengong disini.Lo
lama amat deh.” Kata Bernard sambil memperhatikan Bintang. “Eh lo dandan
yaaaa?? Lucu kaya badut haha.” Ledek Bernard.
“Aih sial lo. Ada apa pengen ketemu
gue?Kangen?” balas Bintang.
“Dih males banget kangen sama orang
yang tidurnya kaya kebo gitu. Jadi gini Bin, gue minta saran lo boleh ga?”
terang Bernard.
“Tentang apa?”
“Jadi gini, gue suka sama cewe.
Namanya Diana. Dia nih feminiiim banget. Beda sama lo. Nah gue udah suka sama
dia dari gue SMA. Kira-kira cewe kaya Diana dikasih apaan ya biar dia suka sama
gue?” jelas Bernard
Deg!
Seketika hati Bintang terasa sakit. Entah mengapa ia ingin mengucurkan air
matanya. Namun langsung ia seka.
“Lo pelet aja dia. Dijamin dia bakal
suka sama lo.” Jawab Bintang datar.
“Diih ko lo gitu sih Bin?”
“Ya mana gue tau lah. Ketemu aja
belom pernah. Kenal? Kaga. Ya mana gue ngarti.” Ucap Bintang ketus. “Udah ya.
Gue mau makan. Dari pagi belom makan nih.” Kata Bintang seraya pergi
meninggalkan Bernard. Bernard hanya melongo sepeninggal Bintang.
Malam hari, Bintang membuka
laptopnya. Dia membuka file tentang Bernard. Lalu ia melanjutkan menulis.
Hari
ini, gue berasa nyesek banget. Orang yang gue kira bakal selalu ada buat gue,
ternyata mencintai orang lain. Dan parahnya, dia menceritakan itu semua ke gue.
Apa dia ga sadar kalo sebenernya gue care sama dia? Emang baru dua hari kita
ketemu. Tapi entah kenapa rasa care gue tumbuh lebih cepet dari biasanya. Gue
masih pengen bareng sama dia. Gue butuh semangat. Gue butuh Bernard.
Seandainya....
Lalu Bintang menutup laptopnya dan
tertidur.
Pagi harinya, Bintang terbangun oleh
suara gaduh di depan rumahnya. Bintang yang merasa terusik dari kedamaian
tidurnya langsung bergegas ke balkon depan kamar. Dia melihat Bernard sedang
menabuh drum-drum kosong berukuran besar. Tong tong tong tong...
“Heh lo ngapain disana? Gangguin gue
tidur aja. Pergi lo.” Marah Bintang
“Dih pagi-pagi udah jadi preman aja
nih cewe. Gue bangunin lo ya? Syukurlah, emang tujuan utama gue emang buat
bangunin lo. Siap-siap gih. Gue mau ajak lo ke tempat bagus. Lekas mandi sana.”
Perintah Bernard sambil teriak.
“Monyet lo. Kerjaan dari dulu cuman
bisa merintah mulu” umpat Bintang.
Bintang dengan malas-malasan jalan
menuju kamar mandi. Dia sengaja berlama-lama di kamar mandi. Setelah keluar,
Bintang mencari baju yang akan dikenakan. Dia sibuk memilih-milih baju. Sangat
lama...
“Hmm ngapain gue pilih-pilih baju?
Emang Bernard siapa gue? Inget Bintang! Bernard suka sama Diana. Lo jangan
ganggu hubungan mereka.” Kata Bintang lirih. Sembari Bintang mengambil baju
rebel kebanggaannya. Denim hitam yang sudah mulai memudar, sweater rajut yang
agak belel, topi rajut merah, syal bermotif bintang, dan sepatu convers yang
sudah termakan umur.
“Gila lo Bin. Mantranya udah abis?
Kemaren udah cantik-cantik eeeh sekarang rebel lagi.” Ledek Bernard.
“Diem lo! Pergi sekarang atau ga pergi
bareng gue.” Kecam Bintang.
Mereka akhirnya pergi ke suatu
tempat. Kali ini, mereka pergi dengan mobil Bernard yang baru kali ini Bernard
tunjukan pada Bintang. Mobil VW yang sangat antik. Tetapi desain interiornya
sudah dimodifikasi sehingga nampak nyaman dan elegan.
“Nah, udah nyampe nih. Gue mau
tunjukin lo sesuatu.” Kata Bernard.
“Apa?” jawab Bintang datar.
“Sini sini.” Bernard menggandeng
tangan Bintang dan sedikit menyeret Bintang. Bintang yang terkejut tangannya
diraih, hanya bisa tersenyum kecil.
“Nah, ini Danau Bintang namanya.
Sama kan kaya nama lo haha. Kata lo, lo suka sama Bintang kan? Ntar malem, gue
mau nunjukin beribu-ribu bintang ke cewe yang namanya Bintang.” Jelas Bernard.
“Haha apaan sih lo Ber, berlebihan
banget deh. Jadi sekarang kita ngapain? Nunggu sampe malem disini? Bengong aja
gitu?”
“Dih amit-amit. Lo mau nunggu sampe
kering disini? Gue mah ogah. Sekarang gue mau ajak lo ke padang rumput. Disana
udaranya asli seger. Masih jarang ada orang tau tentang padang rumput itu.”
Kata Bernard.
Mereka berjalan menyusuri bekas rel
kereta api. Aneh betul memang. Perbukitan tetapi ada bekas rel kereta api.
Beberapa saat kemudian, Bintang berhenti dan melongo.
“Ber, ini padang rumputnya???” tanya
Bintang tak percaya.
“Yep. Lo suka?? Sini deh. Gue bawa
banyak roti. Lo suka rusa juga kan? Nah, kita gelar tikar disini yaaa.” Kata
Bernard sambil menggelar tikar berukuran besar di bawah pohon besar di tengah
padang rumput luas dibubuhi oleh banyak sekali rusa berkeliaran.
“Ber lo baik banget deh. Ga nyangka
gue. Makasih banget ya. Dari mana lo tau gue suka bintang sama rusa?” tanya
Bintang penasaran.
“Ada deeeh.” Bernard menunjukan
senyum usilnya. Sementara Bernard yang sedang sibuk memersiapkan tempat untuk
mereka, Bintang membuka laptopnya. Dia menulis lagi.
Tuhan.
Hari ini mungkin akan menjadi hari terbaik gue. Gue suka cara Bernard
memperlakukan gue. Tuhan, dia ajak gue ke tempat paling indah. Gue suka banget
tempatnya. Dia tu juga kalo gue suka bintang dan rusa. Tuhan, kalo dia tau itu,
apakah dia juga tahu kalau aku mempunyai sesuatu penyakit?
“Hei..
Nulis aja kerjaan lo. Sini deh Bin. Semua udah siap. Sini duduk. Jadi kita yang
makan dulu atau mereka duluan?” tanya Bernard sambil menunjuk ke arah rusa-rusa
terebut.
“Bisa aja lo. Gimana kalo kita
duluan? Gue laper nih. Tadi kan gue buru-buru karena lo.” Kata Bintang sambil
membuka tempat makan yang dibawa Bernard.
“Wooow spagetiiiiiii. Lo buat
sendiri Ber?” tanya Bintang masih terus melihat makanannya.
“Nyokap gue. Ya gue laaah. Gue di
puncak kan sendirian. Siapa lagi coba kalo bukan gue yang masak. Cobaain gih.”
Kata Bernard denagn suara bangga.
“Hmmm enak banget Ber. Aih boong lah
kalo lo yang bikin. Delivery yaaa?” ledek Bintang sambil sibuk mengunyak
makanannya.
“Ih perempuan jorok. Telen dulu tuh
makanan. Baru ngomong. Kalo muncrat ke gue kan kegantengan gue turun lima puluh
persen.” Bernard meledek kembali.
Setelah makan selesai, Bintang
bergegas berlari menghampiri rusa-rusa cantik itu.
“Heh jeng. Mau kemana lo? Percuma
mereka ga akan deketin lo kalo lo ga bawa makanan hahaha.” Kata Bernard.
Bintangpun kembali berlari menuju Bernard dan
menyerobot kotak bekal berwarna orange yang berisi roti.
“Rusa-rusa cantiiik. Kemariiii. Kita
makan makanan lezat iniiiii.” Kata Bintang ceria. Rusa-rusa itupun menghampiri
Bintang dan memakan potongan roti tersebut.
Bernard yang masih duduk di tikar,
tersenyum puas melihat Bintang tertawa lepas dan kembali ceria. Bernard bangkit
dan menggapai ranting-ranting kecil yang ada di pohon besar tempat ia berteduh.
Lalu ia membuat sesuatu.
“Woooooi Bernard. Siniiii. Rusanya
ngejilat gueee.” Teriak Bintang dilanjutkan tertawa renyah.
“Iyaaa nanti gue nyusuuuul.” Teriak
Bernard tak kalah lantang. Ia menyelesaikan buah karyanya dan menyimpannya di
tas. Lalu berlari menghampiri Bintang. Tak lupa Bernard membawa kotak bekal
yang berisi roti.
“Bin, nih padang rumput belom ada
yang kasih nama looh. Gimana kalo kita yang kasih nama?” tanya Bernard.
“Serius lo?? Hmmm gue kasih nama Star
Bear gimana?” kata Bintang lalu tertawa.
“Haha apaan tuh Star Bear?” tanya
Bernard.
“Ada deeeh haha.”
Mereka tertawa bersama, menghabiskan waktu dengan
terus tertawa. ‘andai kita bisa kaya gini
terus, Ber.’ Kata Bintang dalam hati.
Malam pun tiba. Bernard langsung
mengajak Bintang ke Taman Bintang.
“Bin, liat langitnya.” Tunjuk
Bernard.
“Whoaaaaaa Bernard! Banyak banget
bintangnyaaaaa. Waaaa gue suka banget Beeeer.” Ungkap Bintang kegirangan.
“Hahaha ternyata dibalik sikap cuek
lo, lo nih masih kaya anak kecil ya haha.” Tawa Bernard.
“Sial. Eh, tiker lo mana? Sekarang
giliran gue yang bikin tempat buat kita.” Bernard memberikan tikarnya pada
Bintang. Sementara Bintang menggelar tikar, Bernard hanya bisa memnadang gadis
kecil itu tanpa bersuara. ‘Maaf Bin, gue
baca tulisan di laptop lo. Gue tau perasaan lo. Tapi maaf, gue tetep bakal
nembak Diana’ ungkap Bernard dalam hati.
“Heh, Ber. Siniiii.” Bintang
melambaikan tangannya.
“Dih, lo nih cewe tapi ngebenerin
tiker aja ga bisa. Masih kelipet-lipet itu pinggirannya.” Kata Bernard.
“Alah banyak ngeluh lo. Sini cepet.
Gue mau liat taburan bintang.” Kata Bintang seraya merebahkan badannya di atas
tikar. Bernard mengikuti.
“Lo suka bintang yang mana?” tanya
Bintang.
“Ha? Maksud lo?”
“Iyaaa. Semua bintang ada
julukannya. Ada lyra, cygnus, aquila. Mereka tergabung dalam summer triangle.
Mereka cuman muncul di summer. Ada lagi bintang sirrius. Paling terang. Lo suka
yang mana?” tanya Bintang bersemangat menerangkan.
“Hmm kalo gue sih suka bintang yang
disebelah gue.” Kata Bernard datar.
Deg!
Bintang melongo melihat Bernard. Bernard yang sadar di perhatikan, langsung
memalingkan wajahnya dari langit ke arah Bintang.
“Hahahaha kenapa muka lo jadi kaya
nahan berak gitu? Gue bercanda kali Biiiin. Serius amat sih. Pengen ya gue suka
sama lo? Ngarep deeeh hahaha.” Tawa Bernard. Bintang yang masih melongo berasa
hatinya mendadak sakit. Ia lalu diam sejuta bahasa. Memalingkan muka dari
Bernard ke arah bintang-bintang bertaburan. ‘Sorry gue terlalu ngarepin lo Ber,’
“Bintang?? Lo masih idup kan?” tanya
Bernard. Bintang tak kunjung menjawab. Bernard melihat wajah Bintang yang
kelelahan.
“Sini Bin, gue ada sesuatu buat lo.”
Kata Bernard. Bintang bangkit dari tidurnya. Bernard mencari sesuatu yang ada
di dalam tas gendong hitamnya.
“Nih, gue punya ini buat lo. Tnda
persahabatan kita ya Bin. Jangan sampe ilang.” Kata Bernard seraya memakaikan
mahkota yang tadi sore dibuatnya dari ranting pohon dan sedikit bunga-bunga.
Bintang yang diperlakukan seperti itu hanya bisa diam. Ia tak tahu harus
berkata apa. “Thanks.” Ucap Bintang dengan nada lemah.
“Lo cape Bin? Pulang aja yuk.” Ajak
Bernard. Bintangpun mengangguk.
Malam itu, tepat pukul sebelas
malam, mereka pulang. Di perjalanan, Bintang tertidur pulas sambil melipat
tangannya di dada. Bernard tahu, Bintang pasti kedinginan. Bernard mengambil
selimut yang ada di belakang jok supir dan memakaikannya pada Bintang.
Sesampainya di depan vila milik
Bintang, Bernard membangunkan Bintang. Tapi Bintang tak juga membuka matanya.
Akhirnya, Bernard membopong Bintang menuju kamarnya. Untung ada Mang Ujang yang
selalu menjaga vila tersebut. Mang Ujang membukakan pintu untuk mereka.
“Kunaon teh, Neng Bintang?” tanya
Mang Ujang.
“Kecapean aja Mang. Nitip Bintang
yang Mang. Saya pulang dulu.” Pamit Bernard.
“Oh, iya. Nuhun nyak Kang.”
Bintang tertidur sangat amat pulas
malam itu.
To be continued.......
No comments:
Post a Comment