Aku tak pernah membayangkan bagaimana
malam tahun baru pada tahun ini. Entah harus tinggal dirumah atau pergi entah
kemana. Yang pasti aku ingin menikmati new year eve yang berbeda dari
tahun-tahun sebelumnya. Memang, tahun sebelumnya aku belum pernah merasakan new
year eve diluar rumah. Selalu kuhabiskan dengan merenung dibalik jendela
kamarku.
Dan itu semua terkabul. Harapanku untuk
menikmati malam tahun baru ini benar-benar berbeda. Aku ikut acara kakakku dan
teman-temannya. Kami bertemu di sebuah rumah makan yang tak jauh dari Kota
Magelang. Aku fikir teman kakak aku hanya beberapa orang. Ternyata salah.
Mereka bertujuh plus kakak aku. Ok, let me introduce them. Mereka adalah
Gilang, Edo, Bagas, Artha, Dandy, Jannet, Inot yang notabene adalah calon kakak
ipar aku, dan kakak aku sendiri,Willy. Kufikir mereka hanya memakai satu mobil.
Tapi ternyata mereka membawa dua mobil. Syukurlah aku masih ada tempat. Aku,
Inot, Bagas, dan kakak aku naik mobil yang dikendarai Edo. Yang lainnya ikut
bersama Gilang. Aku merasa kurang nyaman awalnya karena aku belum begitu
mengenal mereka. Maklumlah, aku jarang diikutsertakan ketika mereka bermain.
Tapi setelah bercakap-cakap cukup lama, ternyat mereka menyenangkan dan asli
koplak.
Seperti dugaanku, kami belum tahu kemana
kami akan menuju. Jadi kami hanya mengelilingi Kota Magelang yang sangat macet.
Hampir memasuki perbatasan Magelang-Yogya, mobil kami mengikuti mobil depan
yang dikendarai Gilang dan memutar balik. Edo bertanya pada Gilang, kemana
sebenarnya kita akan berlabuh. Ternyata Gilang sudah mempunyai tujuan. Gilang
berkata bahwa dia ingin berlabuh di tempat yang gaul. Sontak aku langsung
tertawa. ‘Gila nih bocah. Maunya apa coba hhi’ ucapku dalam hati.
Beberapa saat kemudian, mobil Gilang sudah
terparkir dan Edo juga ikut memarkir mobil merahnya. Lalu kami semua turun. Aku
menatap sekeliling. Yang ada hanya bangunan rumah berjajar. Awalnya aku
berfikir apakah kita akan kumpul kebo di atara rumah ini?? Ternyata kami harus
berjalan sedikit untuk menuju alun-alun kota. Yaelah ternyata jauh-jauh
keliling Magelang ternyata tujuan akhir juga alun-alun.
Jam masih belum menunjukan pukul 00.00
tetapi alun-alun sudah dipadati orang-orang yang ingin menyaksikan pergantian
tahun. Didepan masjid agung, ada pertunjukan topeng monyet. Aku langsung
menghampiri monyet itu. Gilaaa ternyata monyet itu menakutkan. Besar dan
terlihat garang. Aku langsung menjauh dari monyet itu. Kami naik ke atas
alun-alun. Beceeeek. Alhasil wedges aku terkena kotoran tanah. Never mind. Di
lapangan tersebut, kami sibuk masing-masing. Aku dan Inot berteduh dibawah
pohon palem karena hujan masih menangis walau sedikit. Gilang, Janet, Dhandy,
Edo dan Artha berteduh di tenda sebelah. Sementara Willy dan Bagas mengobrol di
bawah lindungan langit. Saat itu aku merasa bosan. ‘Kenapa ga kumpul satu tenda
aja sih biar rame’ fikirku.
Belum pukul 00.00, bunga api sudah
dinyalakan. Sontak kami semua berkumpul keluar dari tenda. Aku terfokus oleh
bunga api tersebut sehingga tidak sadar disebelahku ada anak kecil yang
menggeret bajuku. Lalu aku menjauh dari anak itu. Setelah beberapa lama bunga
api diluncurkan ke langit hitam, aku merasa nafasku mulai sulit. Beruntung aku
membawa masker.Langsung kupakai maskerku.
Heyaaaa at midnight! 00.00pm. Whoooaa
bunga api bertambah riuh membahana. Aku melihat banyak orang bersuka ria
disini. Tapi tidak pada dua orang. Absolutely he and I. He?? Dia siapa?? Sebut
saja dia GS. Yang awalnya aku melihat dia biasa saja, sekarang nampak terlihat
ada sebersit kegalauan di matanya. Entah benar atau tidak, tapi aku yakin
memang itu yang terdapat pada matanya. And I? Yep, new year without someone we
love seems like we can’t handle
everything. Tapi entah mengapa rasa itu dapat ternetralisir karena adanya
mereka disisiku. Adanya dia dihadapanku. Entah mulai dari kapan, aku merasa
nyaman disisinya. Aku berharap new year eve tak akan berakhir begitu saja J
“waah, bilang Mas Willy dulu,haha” kata Artha sambil sedikit melirik tajam
kearahku dan menyenggol siku Gilang. Apa maksudnya?? Aih cuma canda, fikirku.
Aku memang sidikit menyimpan harapan padanya. Meski aku tahu, aku bukanlah
orang yang dia cari.
Malam silih berganti. Tanda bumi masih
berotasi. Aku masih belum bisa percaya bahwa malam ini harus terhenti sampai
disini. Aku masih ingin menikmati malam ini. Aku belum ingin pisah.
Akhirnya setelah kami menyaksikan malam
ini, kami kembali ke mobil masing-masing. Sebelumnya, di jalan kecil kami semua
bercanda. “wah asik banget semua pada pasang-pasangan gitu” kata aku bercanda
dengan Inot. “nah sini, kamu pegangan tangan sama Gilang dek,” kata Inot sambil
memacokan aku dengan Gilang. Seketika Gilang tersenyum padaku. Aku secara
langsung menjadi salah tingkah dan dengan cepat aku mengganti topik. “Maunya pegangan
sama anjingnya Mas Gilang aja” Sumpah mampus itu garing banget, pikirku.
Sampai di depan mobil, ternyata Gilang,
Dhandy, Jannet dan Artha sudah masuk mobil mereka terlebih dahulu. Mobil merah
Edo masih lumayan jauh. Jadi kami harus terus berjalan. Didepan mobil merah
itu, bunyi alarm mobil terus berbunyi. “Apaan tuh?” tanyaku . Edo terus
mengumpat sedangkan Bagas hanya tertawa. Ternyata mobil merah itu tidak bisa
terbuka pintunya karena masih terkunci dan Edo tidak berhasil membuka kunci
itu. Detik jam terus berputar. Setelah beberapa menit mobil merah itu tetap
tidak mau berbaik hati. Akhirnya Gilang turun dari mobil hijau tuanya. Setelah
Gilang coba-coba untuk membuka, akhirnya terbuka juga pintunya. Tapi sial
sekali, mesin mobil merah itu tidak menyala. Setelah dicoba-coba berkali-kali,
tetap tidak ada perubahan. Sepertinya mesin itu ngandat. Sepakat, kami
mendorong mobil merah itu. Tapi aku dan Inot tidak ikut membantu karena kami
perempuan. Yeay! Tetapi sial masih ada pada kami. Mobil merah itu tetap tidak
menyala. Akhirnya Edo keluar mobil digantikan oleh Gilang. Whoaa amazing!
Mobilnya menyala. Hebaaaat hihi.
Kami melanjutkan perjalanan pulang. Aku
melihat Edo dari spion depan.Memang kebiasaanku menatap driver yang sedang
mengemudi. Sepanjang perjalanan, aku terus memikirkan hari ini. Aku
mengulangnya semua dari awal. Aku mengulang apa yang telah terjadi. Aku
mengulang ingatan tentang new year eve. Aku mengulang tentang pembicaraan kami.
Aku mengulang rekaman otakku tentang wajah mereka semua. Mereka?Yakin?? Aku
mengulang bunga api yang menari-nari dilangit hitam. Aku terus mengulang apa
yang sudah terjadi. Aku mengulang apa yang kuucapkan saat make a wish. I wish
you could be mine.
Rumahku sudah hampir dekat. Aku terus
melihat ke arah belakang, arah mobil hijau tua berada. Tetapi aku tidak
melihatnya. Apakah mobil hijau tua sudah mendahului mobil merah?Atau mobil
merah meninggalkan mobil hijau tua?
Sampai sudah kami di depan rumah aku. Dan
aku belum juga menemukan mobil hijau tua. Ya sudahlah, mungkin mobil hijau tua
sudah pergi duluan menuju rumah Dhandy, begitu kata Edo. Aku turun sambil
mengucapkan banyak terimakasih pada Edo dan Bagas. Tak lupa aku juga
mengucapkan Happy New Year pada dua pria tersebut.
Malam ini, dan dini hari ini, takkan mungkin
bisa kulupakan. 2012 telah kututup, saatnya menantikan kejutan-kejutan di tahun
2013. I wish 2013 can be kind to me, to my family, to people around me. Dan tak
tertinggal sebuah harapan kecil yang kemungkinan besar dapat terkabul, aku
ingin bersamanya...
No comments:
Post a Comment