“Dor, would you be mine?”
dengan gugup Dewa menyatakan kalimat itu. Tak kalah gugup, Dorkas diam-diam
bahagia diberi kaliamat pertanyaan seperti itu. Dorkas berkata “Wait me at
eleven p.m”
Jam sebelas malam, handphone
Dorkas berbunyi. Ternyata panggilan dari Naga. Dorkas angkat telepon itu. “Hei,
sekarang angkanya bagus yaa. Tanggal sebelas bulan sebelas dua ribu dua belas
jam sebelas hehe. Lagi apa Dor?” kata Naga. “Hmm mau tidur. Byee” dorkas menutup
telepon. Karena dia tahu pasti Dewa akan menelponnya.
All i wanted was youu....
Suara mbak Hayley williams
terdengar. Telfon berbunyi dan Dorkas langsung mengangkat. “Hei. So your answer
is?” tanya Dewa diseberang sana. “Yep. I do!” jawab Dorkas. Akhirnya mereka
menjadi kekasih. 11-11-11 at 11 p.m J
Hari yang dinanti datang.
Ulang tahun sekolah yang ke-50 tahun. Dorkas ditugaskan mendokumentasikan
sementara Dewa bertugas mengawasi semuanya dari lantai empat. Saat Kepala
Sekolah selesai memberikan sambutan, Naga menarik lengan Dorkas. “Eh, sakit.
Apaan sih lo nyiksa gue terus?” bentak Dorkas. “Heh, gue kakak kelas lo. Berani
bentak sekali lagi gue gaplok nih” sembur Naga. “Aih iya iya. Jaman siapa sih
masih ada senioritas” ucap Dorkas lirih. “Wet?Lo ngomong apa barusan?” kata
Naga. “Nothing kak,”
“Dor gue mau ngomong sesuatu
sama lo,” ungkap Naga.
“Apaan?” tanya Dorkas sambil
mengusap tangannya yang kesakitan. Naga memegang kedua bahu Dorkas dan
menatapnya lekat-lekat.
“Kak Naga!Jangan macem-macem
lo ya” ancam Dorkas. Sebenarnya hati Dorkas ketakutan saat itu. Tapi..
“Gue sayang sama lo,” ucap
Naga lembut ditelinga Dorkas.
“Sorry Kak, gue harus
ngedokumentasiin acara” Dorkas melengos begitu saja.
“Apaan sih tuh orang psycho
banget. Masa sayang tapi nyiksa gitu.” Dorkas ngedumel sambil sedikit berlari
menuju Dewa.
“Hei, Dear. Gimana udah dapet
semua foto-fotonya?” tanya Dewa
“Udah nih. Tapi bagian selatan
belum semuanya kefoto. Kamu udah makan belum?” ujar Dorkas.
“Udah tadi sama si Rifkia.
Kamu?”
“Hah?Rifkia? kenapa aku ga
diajak? Jadi gitu ya. Sekarang sama Rifkia terus,” Dorkas ngambek.
“Bukan gitu sayang, tadi si
Rifkia minta temenin makan. Maaf yaa. Aku temenin motret yuk” bujuk Dewa.
Malam hari, Naga meminta
Dorkas untuk menemaninya makan. Awalnya Dorkas enggan karena kejadian tadi
siang. Namun karena bosan, iapun mau. Dengan syarat Naga tidak macam-macam.
“Mau makan dimana?” tanya
Dorkas.
“Dimana aja. Lo mau makan
dimana?” Naga balik tanya.
“Ngikut.” Dorkas mulai sewot
lagi.
Malam itu banyak bintang
bertaburan. Dorkas sangat menyukai bintang. Sepanjang perjalanan Dorkas selalu
melihat bintang.
“Heh, dah sampe nih. Turun
gih.” Naga menyadarkan.
“Iya Bapak Nyebelin” sungut
Dorkas.
Mereka makan di restoran
terkenal. Sedang asik makan, ternyata Dorkas melihat Dewa sendiri duduk di meja
pojok. Dorkas merasa bersalah. Dia telah mempunyai Dewa tetapi masih mau diajak
jalan Naga. Ia memutuskan untuk pulang.
Di asrama, Dorkas langsung
menghubungi Dewa.
“Darl, kamu gapapa kan?” tanya
Dorkas cemas.
“Gapapa sayang. Kenapa emang?
Udah makan belum?” Dewa berkata sangat lembut.
“Iya udah makan ko. Besok
ketemu yuk,” ajak Dorkas
“Boleh” jawab Dewa singkat.
Pagi harinya di sekolah,
Dorkas berlari menuju kelas pertamanya. Ia sedikit telat karena semalaman ia
harus mengerjakan seabrek tugas. Tiba-tiba Dorkas menabrak cowo berbadan tegap
dan tinggi. “Eh lo Dorkas kan? Nih dapet surat buat lo,” kata cowo itu. Belum
sempat Dorkas bertanya cowo itu langsung melesat pergi.
Di kelas, Dorkas tidak bisa
berkonsentrasi pada pelajaran. Mata coklat Dorkas terus tertuju pada sepucuk
amplop merah yang masih tertutup rapat. Tapi untunglah, bel istirahat sudah
berkumandang nyaring. Dorkas langsung ngeloyor ke kantin untuk bertemu Dewa,
kekasih hatinya. Selama ini Dorkas tidak pernah bercerita soal kedekatannya
dengan Naga. Karena Dorkas tahu, Dewa pasti akan marah. Dikantin, Dorkas masih
terdiam memikirkan surat merah itu. “Dear, kamu kenapa?” tanya Dewa lembut.
“Gapapa sayang. Seneng deh bisa sarapan sama kamu hehe” ucap Dorkas basa-basi.
Bel masuk memisahkan Dewa dan
Dorkas. Dorkas kembali ke kelas. Karena tidak sabar, Dorkas membuka amplop
merah tadi. Ternyata isinya dari Naga.
Teruntuk Dorkas Amoura...
Saat kamu membaca surat ini, aku mungkin telah pergi. Aku harus
menyusul ibu aku di surga. Maafkan perlakuan aku selama ini. Aku hanya ingin
bahagia bersamamu di ujung usiaku. Dan terimakasih kamu telah memberikan hal
yang sangat berarti bagiku.Aku selalu mengikuti semua apa yang kamu lakukan. Aku
tahu semua tentang dirimu. Maafkan aku hanya bisa mengatakan semua lewat surat
ini. Jaga diri kamu baik-baik. Jaga hubungan kalian. Aku ingin kamu bahagia
bersamanya. Aku akan selalu menjagamu dari atas sana.
Naga
Wongsosutirtan
Air mata Dorkas
langsung menetes. Ia langsung ijin kepada guru pengajar untuk pulang. Dorkas
tidak pulang, melainkan pergi kerumah Naga. Disana ada cowo yang tadi
memberikan surat. “Eh Dorkas. Masuk sini Dor,” ajak cowo itu. Ternyata cowo itu
kakak Naga, Indra.
Dorkas duduk disamping Indra. “Ada yang mau gue tunjukin ke lo, Dor”
kata Indra sambil mengajak Dorkas masuk ke kamar Naga.
“Naga kena
penyakit yang sama kaya ibunya. Dia kena kanker otak stadium akhir. Naga cerita
banyak ke gue tentang elo. Katanya elo tuh cewe spesial yang pernah Naga
temuin. Naga ngomong waktu kemaren ada event di sekolah kalian, Naga mau nembak
elo. Tapi ternyata lo udah ada cowo. Dan ini yang dia kasih ke gue di akhir
hidupnya. Dia nitipin kalung ini. Katanya buat elo.” Kata Indra sembari
melingkarkan kalung berbandul rusa ke leher Dorkas. “Naga waktu itu cari-cari
di kamus apa itu arti ‘Dorkas’ nah ternyata artinya rusa betina. Jadi dia
beliin ini buat lo, jaga baik-baik ya.” Terang Indra. Dorkas terduduk lemas di
kasur Naga sambil mengelus kasur itu. Indra membiarkan Dorkas sendiri di kamar
Naga.“Andai lo masih disini Ga. Kenapa lo ga pernah bilang ke gue? Gue sayang
sama lo. Tapi gue udah ada Dewa, Ga.” Ucap Dorkas lirih. Dorkas menyusuri
setiap sudut ruangan Naga. Ternyata disetiap dinding terpajang foto-foto Dorkas
yang diambil secara sembunyi-sembunyi. Tangis Dorkas semakin deras. Akhirnya ia
memutuskan untuk pulang kerumah.
Dirumah, Dorkas
langsung menelfon Dewa. “Dewa, aku pengen ngomong sama kamu.” Kata Dorkas.
“Oke, aku jemput kamu sekarang ya.” Klik. Telfon dimatikan.
“Dewa, gue
pengen kasih tau lo apa yang selama ini gue lakuin.” Dorkas memulai ceritanya
panjang lebar. “Sorry Dew, aku ngekhianatin kamu.” Sesal Dorkas.
“Gapapa sayang.
Aku juga udah tau semuanya. Sekarang gimana kalo kita ke makam Naga?” ajak Dewa
Akhirnya, Dewa
berjanji di hadapan makan Naga bahwa ia akan selalu menjaga kekasihnya, Dorkas.
Dorkas merasa beruntung ia mempunyai kekasih baik dan sangat pengertian pada
dirinya.
“Terimakasih,
Tuhan. Engkau berikan aku orang-orang yang mencintai aku. Aku bahagia hidup di
dunia ini. Terimakasih Naga. Elo udah pernah jadi orang terpenting dihidup gue.
Elo akan selalu dan akan tetep punya tempat dihati gue. Makasih untuk Dewa.
Kekasihku yang selalu mendukung aku, ada disetiap aku butuhin. Jaga Naga,
Tuhan....”
No comments:
Post a Comment