Friday, January 18, 2013

Bintang (PART4)


“Bernard sayang, temenin gue ke salon yuuuk. Gue mau facial, creambath, menipedi pokonya perawatan deh. Sebulan lebih ga ke salon nih.” Pinta Diana manja.
“Iya sayang. Tapi nanti ya setelah kerjaan gue kelar.” Kata Bernard masih terus mengetik di laptopnya.
“Jangan lama-lama yaaa.” Kata Diana.
Bernard sedang ada tugas akhir semester. Dia harus cepat-cepat menyelesaikan tugas itu jika ingin lanjut ke semester lanjutnya. Sementara Diana, dia sudah membayar orang untuk mengerjakan semua tugasnya, alhasil sekarang Diana selalu bermanja-manja dengan Bernard.
“Udah selesai, Honey?” tanya Diana.
“Yuk.” Kata Bernard singkat.
Hari demi hari Bernard habiskan dengan menemani kegiatan Diana. Tetapi giliran Bernard meminta Diana menemani kegiatan Bernard, pasti ditolak oleh beberapa alasan Diana. Tetapi Bernard menanggapinya dengan sabar. Karena rasa cintanya pada Diana tak terkalahkan oleh apapun.
Disalon, sementara Diana melakukan treatment-nya, Bernard tiba-tiba teringat oleh Bintang.
“Gimana keadaan Bintang disana? Apa dia masih sering ke puncak?” ucap Bernard lirih.
                                                ***
“Bintaaang. Keluar yuuuk.” Kata Richard diseberang telfon.
“Kemana? Sama Nindy?”
“Gimana kalo kita nonton? Gue jemput lo jam tujuh malem yaa” ajak Richard.
“Oke.”
Lima bulan sudah Bintang akrab dengan Richard. Richard memang sudah lulus kuliah dari Havard University dan sekarang dia menjadi pengacara kondang. Hari-hari Bintang selalu diisi dengan cerita-cerita yang menyenangkan. Tetapi mereka tak kunjung memutuskan hubungan apapun. Mereka masih berteman akrab.
“Hei Bin, siap berangkat?” tanya Richard ketika dibukakan pintu rumah Bintang.
“Yep. Mana Nindy?”
“Tadi dia ga ada dirumah. Katanya sih mau nyusul. Yuk. Keburu telat filmnya.” Kata Richard. Mereka berangkat dengan mobil alpart hasil jerih payah Richard selama menjadi pengacara.
Sesampainya di depan bioskop, mereka tak langsung masuk karena Bintang ingin menunggu sahabatnya, Nindy.
“Nindy mana?” tanya Bintang.
“Dih kaya ga ngerti aja lo. Nindy kan kebiasaan molor. Masuk duluan yuk.” Kata Richard sembari masuk ke studio 2.
Sepulang dari bioskop, mereka berdua pergi ke cafe yang jaraknya tak begitu jauh dari bioskop.
“Bin, gue boleh nutup mata lo ga?” kata Richard sesampainya didepan cafe. Bintang mengangguk. Richard langsung memakaikan slayer di mata Bintang. Richard membimbing Bintang untuk dapat masuk ke cafe tersebut.
“Surpriseeee” kata Richard setelah membuka ikatan pada mata Bintang.
“Ya Tuhan. Bagus banget Chard.” Kata Bintang terharu sambil mendekap mulutnya. Cafe tersebut didesain sangat menarik. Cafe kuno peninggalan sejarah, bangunannya berwarna putih. Didalamnya dihiasi oleh beberapa bunga terompet putih. Bergaya vintage. Di dekat meja makan, ada sebuh kolam kecil. Disana terapung lilin-lilin yang membentuk tulisan I LOVE U.
“Will u be mine?” tanya Richard.
Dengan penuh rasa haru, Bintang menjawab, “Yes I’m”
Akhirnya Bintang resmi menjadi bagian hidup dari Richard.
                                                ***
Diana jatuh sakit. Ia sakit karena dari pagi hingga malam ia menghabiskan waktunya dengan William. Mantan kasihnya. Setelah bersenang-senang seharian, Diana terjatuh sakit. Orang tua Diana sedang pergi keluar negeri. Alhasil, Bernard lah yang merawatnya.
“Thanks Ber. Lo emang pacar terbaik gue.’ Ucap Diana lemah. Bernard hanya mengangguk. Dia merasa selama ini Diana tidak melihat pengorbanan-pengorbanan Bernard. Tetapi Bernard tetap ingin berjuang mempertahankan cintanya pada Diana. Ia ingin membukakan mata Diana.
Malam hari, Bernard sengaja tidur di rumah Diana. Panas Diana belum juga pulih. Dokter pribadipun sudah dipanggil. Bernard negompres dahi Diana. Diana yang sedari tadi hanya bisa menggigil, mulai menutup mata. Bernard melihat wajah Diana yang sedang tertidur.
“Gue suka muka lo. Polos waktu tidur.” Ucap Bernard lirih sambil mengecup dahi Diana.

                                                                                    to be continued....

No comments:

Post a Comment