“Bernard
sayang, temenin gue ke salon yuuuk. Gue mau facial,
creambath, menipedi pokonya perawatan deh. Sebulan lebih ga ke salon nih.”
Pinta Diana manja.
“Iya
sayang. Tapi nanti ya setelah kerjaan gue kelar.” Kata Bernard masih terus
mengetik di laptopnya.
“Jangan
lama-lama yaaa.” Kata Diana.
Bernard
sedang ada tugas akhir semester. Dia harus cepat-cepat menyelesaikan tugas itu
jika ingin lanjut ke semester lanjutnya. Sementara Diana, dia sudah membayar
orang untuk mengerjakan semua tugasnya, alhasil sekarang Diana selalu
bermanja-manja dengan Bernard.
“Udah
selesai, Honey?” tanya Diana.
“Yuk.”
Kata Bernard singkat.
Hari
demi hari Bernard habiskan dengan menemani kegiatan Diana. Tetapi giliran
Bernard meminta Diana menemani kegiatan Bernard, pasti ditolak oleh beberapa
alasan Diana. Tetapi Bernard menanggapinya dengan sabar. Karena rasa cintanya
pada Diana tak terkalahkan oleh apapun.
Disalon,
sementara Diana melakukan treatment-nya,
Bernard tiba-tiba teringat oleh Bintang.
“Gimana
keadaan Bintang disana? Apa dia masih sering ke puncak?” ucap Bernard lirih.
***
“Bintaaang.
Keluar yuuuk.” Kata Richard diseberang telfon.
“Kemana?
Sama Nindy?”
“Gimana
kalo kita nonton? Gue jemput lo jam tujuh malem yaa” ajak Richard.
“Oke.”
Lima
bulan sudah Bintang akrab dengan Richard. Richard memang sudah lulus kuliah
dari Havard University dan sekarang dia menjadi pengacara kondang. Hari-hari
Bintang selalu diisi dengan cerita-cerita yang menyenangkan. Tetapi mereka tak
kunjung memutuskan hubungan apapun. Mereka masih berteman akrab.
“Hei
Bin, siap berangkat?” tanya Richard ketika dibukakan pintu rumah Bintang.
“Yep.
Mana Nindy?”
“Tadi
dia ga ada dirumah. Katanya sih mau nyusul. Yuk. Keburu telat filmnya.” Kata
Richard. Mereka berangkat dengan mobil alpart hasil jerih payah Richard selama
menjadi pengacara.
Sesampainya
di depan bioskop, mereka tak langsung masuk karena Bintang ingin menunggu
sahabatnya, Nindy.
“Nindy
mana?” tanya Bintang.
“Dih
kaya ga ngerti aja lo. Nindy kan kebiasaan molor. Masuk duluan yuk.” Kata Richard
sembari masuk ke studio 2.
Sepulang
dari bioskop, mereka berdua pergi ke cafe yang jaraknya tak begitu jauh dari
bioskop.
“Bin,
gue boleh nutup mata lo ga?” kata Richard sesampainya didepan cafe. Bintang
mengangguk. Richard langsung memakaikan slayer
di mata Bintang. Richard membimbing Bintang untuk dapat masuk ke cafe tersebut.
“Surpriseeee”
kata Richard setelah membuka ikatan pada mata Bintang.
“Ya
Tuhan. Bagus banget Chard.” Kata Bintang terharu sambil mendekap mulutnya. Cafe
tersebut didesain sangat menarik. Cafe kuno peninggalan sejarah, bangunannya
berwarna putih. Didalamnya dihiasi oleh beberapa bunga terompet putih. Bergaya vintage. Di dekat meja makan, ada sebuh
kolam kecil. Disana terapung lilin-lilin yang membentuk tulisan I LOVE U.
“Will
u be mine?” tanya Richard.
Dengan
penuh rasa haru, Bintang menjawab, “Yes I’m”
Akhirnya
Bintang resmi menjadi bagian hidup dari Richard.
***
Diana
jatuh sakit. Ia sakit karena dari pagi hingga malam ia menghabiskan waktunya
dengan William. Mantan kasihnya. Setelah bersenang-senang seharian, Diana
terjatuh sakit. Orang tua Diana sedang pergi keluar negeri. Alhasil, Bernard
lah yang merawatnya.
“Thanks
Ber. Lo emang pacar terbaik gue.’ Ucap Diana lemah. Bernard hanya mengangguk.
Dia merasa selama ini Diana tidak melihat pengorbanan-pengorbanan Bernard.
Tetapi Bernard tetap ingin berjuang mempertahankan cintanya pada Diana. Ia
ingin membukakan mata Diana.
Malam
hari, Bernard sengaja tidur di rumah Diana. Panas Diana belum juga pulih.
Dokter pribadipun sudah dipanggil. Bernard negompres dahi Diana. Diana yang
sedari tadi hanya bisa menggigil, mulai menutup mata. Bernard melihat wajah
Diana yang sedang tertidur.
“Gue
suka muka lo. Polos waktu tidur.” Ucap Bernard lirih sambil mengecup dahi
Diana.
to be continued....
to be continued....
No comments:
Post a Comment