Sunday, January 13, 2013

Mutiaraku Berbobrok



Tahukah kamu dimana letak Kerajaan Sriwijaya? di Indonesia kan? Tahukah kamu dimana Kerajaan Majapahit berada? di Indonesia juga,bukan? Pernah dengar istilah “Zamrud Khatulistiwa”? bukankah itu juga sebutan bagi Indonesia? tapi dulu, betul bukan?
Sejarah mencatat bahwa, dulu sebelum berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia, di negeri yang terbentang luas dari Sabang sampai Merauke ini,pernah berdiri sebuah kerajaan  besar yang masyhur dengan pertahanan maritimnya. Tahukah kamu tentang Kerajaan Sriwijaya? Kerajaan Sriwijaya merupakan salah satu kerajaan besar yang pernah membawa kejayaan bangsa Indonesia di masa lampau. Bukankah Indonesia patut bangga? Kerajaan Sriwijaya dikenal hampir di setiap bangsa atau negara yang jauh dari Indonesia sekalipun. Luas wilayah laut yang di kuasai Sriwijaya menjadikannya kerajaan maritim yang besar pada zamannya, juga karena letak Kerajaan Sriwijaya yang sangat strategis menjadikan Sriwijaya sebagai penguasa tunggal aktivitas pelayaran dan perdagangan dunia yang melalui Asia Tenggara. Selain itu, Sriwijaya juga menjadi pusat penyebaran agama Budha di masa itu. Apa yang membedakan Indonesia sekarang dan waktu itu?
Kemudian, tahukah kamu tentang Kerajaan Majapahit? Kerajaan Majapahit adalah kerajaan besar dan gemilang dengan kejayaannya, setelah Sriwijaya. Kerajaan Majapahit berkembang pesat dalam bidang ekonomi, adanya jalinan kerjasama yang baik oleh Majapahit dan negara tetangga,membuat Majapahit di segani oleh kerajaan-kerajaan asing. Pernah dengar sebutan “Sumpah Palapa”? Sumpah seorang Patih Gajah Mada yang menyatakan bahwa ia tidak akan hidup mewah sebelum Nusantara berhasil di satukan di bawah panji Kerajaan Majapahit. Adakah petinggi negeri ini seperti Patih Gajah Mada? yang dengan kesungguhan jiwanya mengabdi untuk kejayaan negerinya?
Lalu, apa itu “Zamrud Khatulistiwa”? itu adalah sebutan yang di berikan dunia bagi Indonesia. Tapi apakah sekarang ini Indonesia masih menjadi zamrud bagi khatulistiwa? Sebutan “Zamrud Khatulistiwa” muncul ketika Indonesia masih menjadi paru-paru kedua bagi dunia, ketika hutan-hutan rapat dengan pepohonan yang lebat, menghijau sepanjang pulau Sumatera hingga Sulawesi.Saat dilakukan pengambilan potret  melalui satelit, kala itu Indonesia tampak begitu hijau dikelilingi birunya lautan dan samudera. Kemana semua itu? Masihkah bersisa?
Indonesia memiliki hampir semua jenis hasil bumi; hasil pertambangan, hasil laut, hasil pertanian dan perkebunan, dan lainnya. Semua orang tahu itu, namun mengapa kehidupan sejahtera yang di cita-citakan tidak kunjung terwujud? Kekayaan yang dimiliki Indonesia tidak terbilang besarnya, sudah kaya akan sumber daya alamnya, Indonesia juga merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia, dan bukan hanya itu saja. Lalu mengapa Indonesia masih tertinggal jauh di banding dengan negara yang tidak memiliki kekayaan sesempurna Indonesia? Apa yang salah dengan Indonesia?  Kalau kita lebih teliti dan mau peduli, mungkin akan lebih banyak lagi keajaiban dan anugerah Allah yang kita temukan di negeri ini. Namun sayangnya, sedikit sekali orang yang memiliki kepedulian terhadap negerinya sendiri dan bahkan tidak mencapai 1% dari jumlah penduduk Indonesia,tidak percaya? Siapa yang tidak tahu kasus perebutan kepemilikan pulau Ligitan dan Sipadan antara Indonesia dan Malaysia? Memang letak kedua pulau tersebut dekat dengan Indonesia, bahkan sangat dekat bukan? Tapi, apa peduli Indonesia dengan kedua pulau tersebut sebelum adanya klaim Malaysia yang menyatakan bahwa kedua pulau tersebut milik mereka? Boleh saja Indonesia memberontak atas apa yang di lakukan Malaysia, meneriakkan dengan lantang”Ganyang Malaysia!!!”. Tapi, apakah ada pengaruhnya dengan situasi yang sedang terjadi?Memang Indonesia negara yang nasionalis,penduduknya berjiwa patriotis, tapi...apa guna jika terlambat? Masih bisa duduk diam berpangku tangan menyaksikan gejolak kekacauan di negeri ini?
Kedua pulau yang menimbulkan sengketa antar negara tersebut akhirnya jatuh ke tangan Malaysia dan sah di mata hukum menjadi milik Malaysia. Mau menyalahkan siapa? ”Nasi sudah menjadi bubur” itu kata pepatah, semuanya sudah terjadi, dan tinggal bagaimana kita menyikapi. Belumkah tergugah hati untuk memperbaiki semua ini? Menunggu bangsa ini asing terhadap negeri sendiri? Tidak adakah kepedulian terhadap nasib generasi penerus kita nanti?
Cermati lagi dan mulailah berpikir, hingga tahun ini telah berdiri berbagai jenis perusahaan asing yang bergerak hampir di semua bidang di Indonesia. Tak jarang dari perusahaan-perusahaan tersebut bergerak di bidang yang menguasai hajat hidup orang banyak. Banyak dari mereka juga menjalin kerjasama dengan pemerintah Indonesia. Sebut saja PT.Freeport Indonesia,siapa yang tidak tahu? Letak perusahaan tersebut di ujung timur kepulauan Indonesia, Papua.
Bergerak di bidang pertambangan,mengeruk gunung emas milik bangsa Indonesia. Apakah Indonesia mendapat bagian? Tentu dapat, namun tak sampai 50% dari keuntungan yang diperoleh, keuntungannya lebih banyak diambil pihak asing. Apakah sebanding dengan apa yang telah Indonesia berikan? Tentu tidak, bukan? Selain itu, apakah pernah dijumpai penduduk asli Papua menjadi pegawai disana? Walaupun terdapat embel-embel “Indonesia” dalam nama perusahaannya, tapi kenyataan membuktikan bahwa Indonesia tidak memiliki hak atas perusahaan tersebut, hanya di iming-imingi sepersekian persen dari keuntungan yang diperoleh. Padahal perusahaan tersebut berdiri di atas tanah ibu pertiwi, di tanah air kita!! Tidakkah realita tersebut memprihatinkan?
Tidak berbeda dengan perusahaan-perusahaan milik asing lainnya, mereka berdiri di Indonesia, menancapkan cakar usahanya di Indonesia, tapi apakah hal tersebut lantas membantu Indonesia menciptakan lapangan kerja? Memang sebenarnya membantu, tapi hanya sedikit. Untuk dapat bekerja di perusahaan-perusahaan asing, kemampuan yang harus dimiliki tidak main-main. Melamar pekerjaan tidak semudah membalikkan telapak tangan, tidak hanya cukup  interview langsung diterima bekerja, kalau sistemnya begitu tak akan ada lagi orang menganggur di Indonesia. Tapi tidak menjamin kelangsungan hidup perusahaan akan lama dan bahkan berkembang. Sebab apa? Tingkat pendidikan penduduk di Indonesia masih rendah, juga skill yang dimiliki masih kurang, jadi kebanyakan orang Indonesia hanya menjadi pegawai, buruh bahkan office boy di perusahaan-perusahaan asing tersebut. Pantaskah demikian?
Saudaraku,ini negeri kita!! Masihkah kalian tidak mau peduli? Tidak kah kalian berkeinginan, memiliki dan memanfaatkan segala kekayaan yang ada di Indonesia ini secara arif dan bijaksana, untuk mensejahterakan masyarakat Indonesia dan melestarikan serta menjaganya untuk kepentingan generasi penerus kita nantinya. Anak cucu kita kelak butuh segala sumber daya yang Indonesia miliki, apakah rela jika nanti penerus kita seperti hidup di negeri orang? Padahal itu negeri mereka sendiri. Jangan sampai generasi mendatang kehidupannya lebih bobrok dari kita, mau dengan mudahnya ditipu daya, tidak sadar dengan penjajahan yang berbeda wujud dan wajahnya, globalisasi yang akhirnya berujung akultuasi dalam pola perilaku generasi. Sampai kapan Indonesia akan terus tidur?
Lihat dan dengar apa yang terjadi! Indonesia perlu di perbaiki, bertanya”siapa yang memperbaiki?” Ya kita semua di sini, jawabannya. Mulai perbaiki pelaksanaan birokrasi, wujudkan kesepakatan tentang aturan-aturan yang berlaku di negeri ini, revisi kebijakan yang telah dilakukan dan rancang tahapan-tahapan pembangunan periode mendatang, menindak tikus-tikus pemerintahan yang merusuhkan penyelenggaraan ketatanegaraan, ringkus oknum-oknum yang menyalah gunakan kekuasaan, wujudkan kehidupan bangsa Indonesia yang  berdasar atas Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Mari bersatu untuk negeri! Kembalikan kejayaan negeri! Merdeka! atau Mati!

No comments:

Post a Comment