Saturday, April 26, 2014

Cahaya

"Boleh menunggu. Asal yang kau tunggu juga berjalan ke arahmu"

Seketika status tersebut terpampang di recent updates BBM-ku. Aku setengah sadar memperhatikannya lagi. Masih dalam dan masih memikirkan kalimat itu. Benar juga rupanya. Bayangkan saja. Matahari selalu diam dan selalu bercahaya karena ia menunggu sesuatu  datang padanya. Dan benar bukan? Semua makhluk hidup membutuhkannya dan bergerak ke arahnya.
Aku ingin menjadi matahari yang dapat terus menyinarimu. Ah bukan! Aku ingin menjadi matahari yang selalu engkau jadikan tempat tujuanmu. Hmm atau aku ingin menjadi magnet yang dapat selalu menarik hatimu padaku.
Tuhan... Bolehkah aku berkhayal? Aku ingin berkhayal bahwa ia mencintaiku. Sama layaknya aku mencintai pelangi sesudah hujan. Tuhan... aku ingin mencintainya sepenuh hati dan dengan balasan yang setimpal pula.
Tuhan... dapatkah kau buatkan aku cahaya yang terang agar ia mau menghampiriku? Atau haruskah aku menjadi magnet agar ia dapat tertarik padaku? Ah Tuhan! Aku punya ide!!! Tolong jadikanlah ia sedang berpura-pura mencintaiku. Sampai akhirnya ia lupa bahwa ia sedang berpura-pura....

Friday, April 25, 2014

Mencintaimu Dalam Diam

              Cinta memang indah. Bila cinta itu saling memahami dan saling mengisi satu sama lain.  Cinta itu menawan, jika keduanya saling menghargai. Cinta itu memang menarik. Jika keduanya saling setia. Cinta itu indah. Namun tak selamanya cinta itu saling memiliki. Namun jika cinta itu secara diam-diam???

                                                                                ***

Hello my horse. did you still remember me? hehe. Malam ini, tiba-tiba aku teringat namamu. Apakah kamu masih ingat awal pertemuan kita? Ya, di sebuah studio foto di daerah yang kurang strategis namun masih dapat dijangkau. Disana, tempat pertemuan awal kita. Namun aku harap bukan pertemuan terakhir.
Di studio foto milik cina jawa itu, kita bertemu. namun tak mengucap sepatah katapun. Waktu itu, aku ingat sekali. Kamu mengendarai mio merah. Waktu itu, aku dan sepupuku sedang break-take. Kami turun ke bawah dan duduk di sofa kuning itu. Lalu tiba-tiba kamu masuk dari pintu kaca. Ya, kebetulan kursiku menghadap langsung ke pintu utama. Aku yang waktu itu sedang melamun, tiba-tiba langsung memindahkan pandanganmu ke sosokmu.Aku langsung menatap ke arah lain. aku takut jika kamu mengetahui aku sedang memperhatikanmu. Beberapa menit setelah aku berfikiran itu, benar! Kamu, aku, pandangan kita bertemu. ah! Betapa malunya aku. Namun aku berharap kamu tidak mengetahui.
Aku harus naik untuk take. Namun aku beralasan agar aku masih dapat melihat sosokmu itu. Beberapa menit kemudian kamu keluar dan pergi. aku langsung lari ke atas.
Aku penasaran. Siapa kamu? Mungkin sepupuku mengetahui polahku. Lalu ia menjelaskan padaku. Namanya Din. Dia fotografer di studio ini. Dia yang paling sepupuku suka. Katanya, dia yang paling bisa diajak akrab. Mengerti kemauan para model. Dan terakhir, dia yang sepupuku taksir! Ah berfikir apa aku ini. sepupuku yang awal mengenal dia. Masa iya aku juga menyukaimu? Haha
Dua hari setelah pertemuan itu, aku sudah mulai melupakanmu. Rasanya egois saja bagiku jika terus menerus melanjutkan rasa itu. Aku hanya berfikir, mungkin itu rasa yang hanya datang sesaat. Sore itu, sepupuku, panggil saja Nabila. Muka Nabila sangat berbinar-binar. Aku yang sedang menyeduh kopi dan ber-blogging ria samapi heran.Tidak biasanya ia sebahagia itu. Ia berteriak dari dalam rumah. "Yeeek, dia minta nomer aku ke Kak Angel. Aaaah." Ucapnya bahagia. "Hah? Siapa?" tanyaku datar. "Itu yang tadi dateng ke studio" teriaknya lagi. "Oh, bagus deh"
Aku masih sibuk dengan urusanku di teras.Tiba-tiba, Nabila keluar teras dengan muka menahan emosi. Menahan luka. Menahan amarah. Ya, aku tahu itu. Dia menahan nafas dalam. Lalu bertanya padaku. "Hei, boleh ngasih nomermu ke dia ga?" tanyanya dengan muka yang merah padam. "Kamu kenapa? Ngasih nomerku ke siapa?" aku masih bingung. "Aku gapapa. Boleh ga nih?" jawabnya singkat. Aku tau ada yang salah dari dirinya. "Yaudah sana kasihin aja." jawabku enteng. 
Ketika Nabila sedang mandi, iseng, aku menguntit handphone dia. Aku mencari tahu ada apa sebenarnya. Oh ternyata benar dugaanku. Angel, salah satu pekerja di studio itu, mengirimi bbm pada Nabila. intinya bahwa kamu meminta nomer Nabila. Namun setelah kamu mempunyai nomer Nabila, kamu malah meminta nomerku dari dia. Pantaslah jika dia sebegitu marahnya.
Sekitar sehari setelahnya, kamu mulai mneghubungiku. Awalnya aku masih merasa bersalah ke Nabila. Dan pelampiasannya ke kamu. Tapi serius. Aku senang kita bisa menjalin hubungan.
Setelah akhirnya kita berhubungan, aku mulai benar-benar menaruh perhatian padamu. Namun aku masih menyembunyikannya. Aku takut jika aku terlalu menunjukannya, kamu malah ilfeel padaku. Namun sayang. Kamu malah pergi entah kemana...
                                                                   ***

Beberapa bulan setelah perpisahan itu, kamu datang lagi. Entah bagaimana cara, kamu datang lagi. Ya, datang pada kehidupanku. Namun aku tidak mau jatuh pada lubang yang sama. Aku mencoba mengkontrol emosiku. Aku berhati-hati padamu. Aku tau aku ini gadis yang tidak tahan terhadap omong kosong lelaki. Namun kali ini aku bertekad untuk membatasi.
Hari pertama, kita bercanda seperti biasa. Kita berbincang "ngalor-ngidul". Ya, walaupun lama-lama topik kita tidak jelas, namun kita masih bisa menikmatinya.
Hari kedua, kita masih berbincang-bincang. Namun menggunakan ponsel Nabila. Maklum, provider aku down saat aku berada di eyang. 
Hari ketiga, masih sama. Namun menurutku lebih intensif dan makin menyenangkan.
Hari berikutnyapun masih sama. Entah mengapa aku merasakan hal yang pernah kurasakan. Ah ayolah! Pendam rasa itu!!!
Sepertinya benar perasaan ini. Aku mulai menyukaimu lagi. Perhatian itu. Sikap dingin namun mengayomi itu. Sikap dewasamu. Sikap kedewasaanmu itu. Ah! Pikir apa aku ini.
Beberapa hari yang kita lewatipun terasa sangat nyaman bagiku. Mulai dari rencana-rencana kita, rencana masa depan, dan rencana "kita".
Kamu pernah berkata sesuatu. Ketika aku bertanya "Kamu ga pegang remote?" dan kamu menjawab " Pegang tangan kamu aja deh. " Aku tersipu. Aku membalas "sorry, tangan gue mahal". Lalu kamu membuatku benar-benar kikuk. Kamu membalasku "Seberapa mahalnya bakal aku perjuangin." aku kira itu hanya candaan semata. Hanya gombalan yang tak jelas. Namun pembicaraan kita mulai serius. Mulai menegang. Kamu mengatakan bahwa kamu akan memperjuangkan apa yang harusnya kamu perjuangkan dan yang pantas untuk kamu perjuangkan. Namun aku kurang mengerti apa maksutnya. Lalu kamu badmood. Ah salah aku memang. Daya mengerti terlalu rendah. Dan kamu bilang ke aku "Makannya kalo ada orang ngomong jangan nerocos aja." Deg! Seketika serasa jantungku berhenti sebentar. Tak sadar, aku meneteskan air mata ini. Entahlah untuk apa. Namun aku merasa itu terlalu kasar. Oke tapi itu tak apa. Aku melanjutkan semuanya lagi denganmu. Aku mulai mengerti apa yang kau maksud. Dalam hati kecilku, aku berkata "aku ingin menjadi satu-satunya yang kau perjuangkan"
                                                                      ***
Hei kamu. Aku sangat tersipu malu ketika kau mengirimiku voice note lewat BBM itu. Kamu bilang "Halo Ayek, hehe. Kamu mau tau ga apa yang bikin aku bahagia? Coba sekarang kamu ngaca deh. Terus kamu senyum. Nah itu yang bikin aku bahagia. Bahagia itu sederhana kan."  Ya Tuhan. Mimpi apa aku semalam????Aku senang sekali malam itu. Aku speechless. Namun tetap kuurungkan niat untuk menunjukan semuanya.
Hampir setiap hari aku mendengarkan voice note kamu. Yaah, anggap saja sebagai penyemangatku. Ketika aku sedang kesal, aku mendengarkan suaramu lagi. Sejuknya hidupku.
Beberapa hari kemudian, aku memintamu mengirimkan lagi. Namun kamu bilang takut aku bosan. Ya itu mustahil lah. Aku menyukai setiap kata darimu. Mungkin jika kau mengataiku anjing akupun bakal girang. Dasar gila!
Voice note kedua berisi "Yek! Kamu jangan lucu-lucu deh. Tar aku.... Jadi pengen nabung nih buat masa depan kita.."  Malam itu aku tertawa bahagia. Tanpa sadar bibirku mengucap kata amin. Dan tanpa sadar aku meneteskan air mata. Air mata bahagia...
Aku bingung. Aku takut. Apa perasaan kita sama? Aku tak yakin. Aku trauma karena harapan palsu yang pernah kau perbuat. Aku takut jika perasaanmu benar. Jika kamu menyayangiku, namun aku belum siap untuk itu. Aku ingin proses. Mungkin kira-kira kurang lima persen lagi. Namun aku takut. Ketika telah mencapai takaran penuh malah kamu pergi seperti sebelumnya. Aih pikiran busuk macam apa lagi ini!
                                                                            ***
Hei kamu! Malam ini semuanya jelas. Aku terlalu mengharapkanmu lebih dari ini. Namun apa kenyataannya? Hah! Kamu jahat. Semua rencana yang telah kususun rapi seketika berantakan semua. Kamu hancurkan semua. Kamu bilang kita hanya sahabat. Oh Tuhan. Bencana macam apa lagi inii. Okelah.Mungkin aku yang terlalu berharap. Mungkin aku yang salah. Aku tak menahan diri dengan lebih keras. Aku, gadis yang tak tahan dengan sosok teduh sepertimu. Telah menyalahgunakan "candaan" kita selama ini. Aku, gadis biasa yang tak pernah dapat menyatakan semuanya dengan lancar. aku, gadis yang selalu salah mengartikan keadaan. 
Terimakasih atas waktumu. Terimakasih atas pengertianmu. Terimakasih atas semua yang telah kamu lakukan padaku. Aku akan selalu menganggapmu sebagai "sahabat khayalan" dalam mimpi terindahku. Pesanku padamu hanyalah berhentilah merokok. Aku ingin kamu tumbuh sehat tanpa rokok yang terus saja kamu hisap. Teruslah berkarya. Teruslah menjadi karya Tuhan yang sempurna. Dan yang terakhir, ingatlah aku walau hanya dalam mimpi burukmu...

                                                                   yang mencintaimu dalam diam...
  

Tuesday, April 22, 2014

Cinta?

Cinta...apa itu cinta? Apakah cinta itu rasa kasih yang diberikan pada lawan jenis? Apakah cinta itu sesuatu yang diberikan secara ikhlas? Apakah cinta itu mengharap balas kasih? Ataukah cinta itu semacam perasaan dimana beribu-ribu kupu-kupu hidup dalam perut kita?
Cinta... kata orang,cinta tulus itu tak apa jika tak dapatkan balasan. Namun apakah adil jika cinta yang tulus,cinta yang murni,cinta yang mendalam kita berikan kepada sosok pujangga hati namun sang pujaan tak kunjung merespon? Apakah adil jika seseorang yang kita kasihi itu tak mengerti apa yang kita rasa?
Cinta... lima huruf yang tak dapat terdefinisikan. Lima huruf yang tak dapat kuartikan. Lima huruf yang sangat rumit tuk dijabarkan
Cinta... kemanakah sosok terang peneduh itu? Kemanakah sosok pangeran berkuda putih itu? Ah cinta! Cinta tak semudah cinta di negeri nirmala!