Saturday, February 23, 2013

Pahlawanku



Hei pahlawanku, penyelamat jiwa ini. Apa kabar?. Aku harap kau baik saja, lebih dari sekedar baik. Masih ingat dengan panggilan ‘nyet’ ? Itu yang selalu kau ucapkan ketika kau memanggil namaku. Dan kau ingat dengan sebutan ‘cil’ ? Itu yang selalu kuucapkan untuk memanggil namamu. Aku merindukan momen-momen indah saat bersamamu. Aku rindu dengan semua kenakalan yang kita lakukan. Aku rindu dengan semua hal yang telah kita buat. Enambelas tahun kau menjagaku. Enam belas tahun kau mengajariku hal-hal yang indah. Enam belas tahun kau menjadi pahlawan terhebatku. Maaf jika selama ini aku menjadi badung. Maaf jika selama ini aku tak ada untukmu. Maaf jika selama ini kau anggap aku tak lagi ada disampingmu. Maaf, aku terlalu sibuk dengan urusanku sendiri. Hei pahlawan superku. Apa kau tahu bagaimana rasanya punya pahlawan sepertimu? Jujur, sungguh membanggakan. Inginku, tiap hari kau antar aku kesekolah. Inginku, tiap hari kau jemputku. inginku, tiap hari kita bersama. Ingat saat kita bermain di selokan?. Ingat ketika kita bermain merangkak dan merayap ala tentara? Saat itu kita membuat tali jebakan dari pita kaset yang telah rusak. Ingat ketika kita bermain air di jalanan samping rumah? Kita basah kuyup. Kita gotong ember dari sisi satu ke sisi lainnya. Kita saling berkejaran. Hei pahlawanku. Apa kau juga masih ingat ketika kita masih duduk di bangku dasar? Saat itu aku kelas satu dan aku salah jadwal, seharusnya aku libur. Tapi untung kamu menyuruhku masuk kelas bersamamu, di kelas lima. Ada cerita lagi, masih sama di tingkat dasar. Waktu itu aku olahraga dan menghabiskan seluruh uang sakuku. Tak seorangpun menjemputku. Akhirnya aku menunggumu di tukang baso depan sekolah. Lumayan lama, tapi aku masih menunggumu. Akhirnya pahlawanku keluar sekolah. Dan langsung kuhampiri. Tapi sial kita, uang sakumu juga habis. Terpaksa kita jalan berdua sampai rumah. Kita menyusuri jalan yang masih asing bagiku. Melewati rumah padat penduduk, dan menyusuri kali. Taukah kau pahlawanku? Aku tak merasakan lelah, hanya senyum yang mengembang sepanjang jalan. Aku bangga padamu. Ingat waktu pertama kali kau bisa mengendarai motor? Kau memboncengkan aku. Dan dengan bangga kau bawa aku keliling kompleks. Ah, iya! Apa kau ingat sewaktu di sekolah dasar, tepatnya di kantin. Aku membeli jajanan dan aku menjatuhkannya. Ketika ada orang yang ingin mengambil, kau langsung berkata “punya ade aku itu!” dan aku sadar, kau benar-benar pahlawanku. Hai pahlawanku. Aku sadar aku belum melakukan apapun untukmu. Kau menjadi pahlawanku sedang aku hanya menjadi bebanmu.
            Pahlawanku, aku benar-benar merindukan kehidupan lama kita. Entah mengapa aku benar-benar muak dengan hidupku yang sekarang. Entah karena apa, emosiku sulit untuk diatur. Mungkin itu juga yang menyebabkan suasana di langit kita panas. Mungkin itu juga yang menyebabkan hubungan kita merenggang. Jujur cil, aku iri dengan kekerabatan orang lain yang sangat harmonis, bisa dibilang romantis. Tapi aku selalu berfikir, masa kecil kita lebih romantis daripada mereka. Tapi semakin lama, hati ini tak tahan melihat mereka semua, aku rindu kebersamaan kita.
            Perkara bodoh tentang orang tua. Aku tahu sekarang kau sedikit goyah dengan kehidupanmu. Aku tahu kau mulai tertekan. Aku tahu kau butuhkan seseorang. Aku akan menjadi psikolog untukmu, pahlawanku. Aku akan menjadi pelayanmu, aku janji aku akan bahagiakanmu. Perkara setan tentang semua orang sekitar. Jujur aku lebih nyaman bersamamu ketimbang mereka semua. Kita telah ditakdirkan untuk bersatu. Punyai ikatan batin yang kuat. Punyai rasa memiliki yang utuh.
            Pahlawanku, ingkatkah sewaktu sekolah menengahku berada di Yogyakarta? Kau mengunjungiku dan membelikanku makanan kotak. mungkin bagi orang lain ini biasa, tapi menurutku itu adalah tanda care yang kau berikan. Pahlawanku, ingatkah saat kunjunganmu yang ke sekian kali, dan kau mengantarku membeli peratalan tulis? kau benar-benar terlihat seperti pelindungku. Kita berbincang lama dan tujuan kita berakhir di nasi goreng Yacaranda. aku ingat sekali tempat itu. kita makan lesehan dimalam penuh bintang. kita mengobrol banyak hal. aku senang.
            Pahlawanku, ingatkah sewakt aku sudah pindah ke tempatku sekarang, kau mengajakku membeli siomay didepan pengadilan agama. Awalnya aku berjanji jika kau menjemputku, aku yang bakal teraktir siomay itu. tapi ketika aku belum selesai makan, kau sudah membayarkan. Terimakasih pahlawan tercintaku.
            Sampai sekarang, semua kenangan itu masih terekam jelas dalam memoarku. Aku berjanji akan selalu mencintaimu, Pahlawanku. Aku ingin kau tahu suatu hal, bahwa aku sangat menyayangimu, mencintaimu, mengagumimu, dan kau adalah tauladanku. Terimakasih pahlawanku, telah menjaga aku sampai sekarang, bahkan mungkin sampai aku mati. Mulai sekarang aku akan menjadi adik dambaan. Mulai sekarang aku akan terus menyuportmu. Apapun hal yang terbaik bagimu, akan kuperjuangkan. Terimakasih pahlawanku, pelindungku, kakak terkasihku. Aku menyayangimu, Willy Rizal Briyanto :*

                                                                                                                

Sunday, February 17, 2013

Kamu

Taukah kamu?
Mereka ingin tahu siapa kamu
Apa yang telah kita lewati
Bagaimana cinta yang kita alami
Ya, aku ceritakan itu
Tenang, hanya pada sahabatku
Tak habis cerita tentangmu
Tentang awal kita bertemu
Tentang bagaimana kita dekat,
Jujur, aku yang dulunya mendekatimu
Jujur, aku yang terlebih dahulu mencintaimu
Tapi tak apa
Dan kau mulai mencoba mencintaiku, bukan?
Dan akhirnya kita bersama, bukan?
Tak pernah habis kisah tentangmu
Tak pernah habis hati ini memanggil namamu
Tak pernah lupa didalam doa terucap namamu
Tiap hembusan nafas selalu terfikir bayangmu
Semoga kita untuk selamanya
Tapi takdir berkata lain
Ternyata kita bersimpang arah
Dan kkini kita menjalani hari masing-masing
Kini kita memang bersahabat
Tapi jujur, aku tak suka
Aku tak suka sifatmu yang kini, Bung
Aku tak suka kau bersama dia-mu yang baru
Aku tak suka caramu perlakukan aku yang selalu kau salahkan
Memang wajar kau bela dia
Tapi ketahuilah, Bung
Kau harus tahu mana yang benar dan mana yang salah
Bung, jujur
Aku merindukanmu..

Thursday, February 14, 2013

Hati Yang Tertinggal (Part 2)


“Tiap gue ketemu dia, gue berasa sial mulu, Gab.” Ungkap Clara, turun dari mobil.
“Haha itu sih sangka lo aja.”
“Kita misah disini ya. Gue harus ketemu Sammy dulu. Bye Claraaaa.” Gaby melambaikan tangan.
Gaby yang menemui Sammy, langsung menceritakan semuanya. Rencananya sedikit berubah. Namun niat untuk menjadi mak comblang tetap ada.
“Clara, gue mau ketemu lo ke kantin sekarang yaaa.” Gaby menelfon Clara. Clara yang sedang sibuk menjiplak tugas dari perpus sontak bingung. Tumben Gabriel menyuruhnya bertemu di kantin saat jam kuliah, pikir Clara.
Sesampainya di kantin Clara duduk,  melihat sekitar. Ia tak dapat menemukan sosok Gabriel dimanapun, malah, ia menemukan sosok familier yang dianggapnya pembawa sial, Bernant. Clara ingin meninggalkan kantin. Namun terlambat, Bernant melihat Clara.
“Clara!” seru Bernant. Mampus gue, batin Clara. “Clara, tunggu gue.” Bernant mengejar langkah Clara yang semakin cepat.
Akhirnya Bernant berhasil meraih tangan Clara. Bernant mencengkeram tangan itu sehingga yang punya mengaduh.
“Apaan sih lo, rese abis.” Umpat Clara. Bukannya melepas, Bernant mencengkeram lebih kuat dan menyeret Clara. Tampang Bernant yang semula jahil, sekarang berubah menjadi serius. Clara ketakutan setengah hidup.
“Elo diem atau gue remes tangan lo!” bentak Bernant. Clara hanya bisa terdiam. Ia tak tahu harus melakukan apa. Tanpa sadarnya, ia tak dapat melepaskan dirinya.
Bernant membawa Clara ke mobil merahnhya. Clara takut bukan main. Ia ingin bertanya tetapi tampang Bernant seperti manusia berdarah dingin yang tak segan untuk membunuh mangsanya.
“Ber, kita mau kemana?” tanya Clara dengan nada ketakutan. Akhirnya ia dapat mengungkapkan seluruh tanda tanya yang menyelimuti.
“Diem aja. Lo masuk ke mobil.” Jawab Bernant singkat. Clara seperti terhipnotis, ia mengikuti dan masuk ke mobil merah Bernant.
Disepanjang perjalanan, Bernant hanya terpaku pada jalanan didepan mata. Sedangkan Clara memainkan ujung bajunya. Tegang. Hanya suasana ruang hampa dalam mobil tersebut. Clara masih menyimpan tanda tanyanya yang belum terjawab itu. Namun ia urung untuk mengutarakannya.
Bernant mengemudikan mobil melewati perbatasan kota. Degup jantung Clara semakin dapat terdengar. Mengetahui Clara cemas, Bernant mengusap rambut Clara.
“Anjir. Lo ngapain? Mau ngapain lo? Berhenti!” teriak Clara. Clara menyangka Bernant bakal berlaku senonoh pada dirinya.
“Shut up! Bukan maksud gue. Mana mau gue ngelakuin begituan sama lo. Gue tau lo cemas. Makannya gue mau nenangin elo.” Kata Bernant ketus. Clara yang baru sadari itu, merasa malu dan membenamkan mukanya.
“Elo tenang aja udah. Gue udah ngomong bokap nyokap lo kalo gue mau nyulik lo. Jadi hari ini, sehari full lo milik gue.” Kata Bernant menenangkan.
Clara tetap diam. Dia hanya melihat jalan. Clara mengerti jalan fikiran sang ayah. Dari awal sewaktu ia diperkenalkan pada Bernant, terlihat secercah harapan di mata ayahnya itu. Jalan semakin terjal, semakin naik dan udara semakin dingin. Clara tercengang melihat pemandangan unik. Hamparan sawah di kanan kiri jalan, didepan ada baudara semakin dingin. Clara tercengang melihat pemandangan unik. Hamparan sawah di kanan kiri jalan, didepan ada sebuah gunung besar entah apa namanya. Clara tak yakin apa maksud Bernant membawanya ke tempat ini.
“Welcome to Balalukang Village.” Kata Bernant
                                                                                      to be continued....

Wednesday, February 13, 2013

My Best


           Hei Guys.. Do you still believe about true friendship?Bestfriends? Haha, I don’t believe it at first. But suddenly, i got them. First i got my best in junior high school. They are Nindy and Syntia. After we got a graduated, i should moved to Yogya to got a study in senior high school. And i got Icha, Thea and Fira. They were my best, my second family at there. Just a few month, i should back here again. So gloomy here. But then, i found them. My best again. Frankly, i have talent to make a sosialization. So easy to make a friendship. But just some friends that can make me comfortable. Yeah, they are Dika, Nina, Fani, Atun, Asti, Tegar, Haidar, and my awkward friend, One. I ussualy call them with “Gank Jaran” i don’t know how it can be, actually I’m just repost from Tegar hehe. But so shame, we could be separated by class now. They were in science class while I’m in social class L. I don’t think i could passed it without them. But i could. I found Kinanthi in social class. I love her somuch because she always support me, always told me the wrong or right way. Thanks Kinanthi :*
But now, I’d tell you about “Gank Jaran” hhe.
            So, here we are. I wanna tell you about my day. Eleventh February on 2013.
They came into my kingdom at elevent o’clock. Before, i had a meeting with my other friend to planning our ‘secret touring’. After all is done, i back home. Wait for a long time, the bell is ringing. I didn’t heard it before. But my brother tell me. So i ran out to open the door.
            “Hey youuu.” Called my friend, Fani. She’s come early, but still late from the planning, 11th o’clock.
            “You’re late!” i said.
            “I don’t care. Haha” she said.
            After Fani, Haidar’s came. And showed me an innoncent face. I just said he was late, but he just showed me a simple smile. Haidar sat beside Fani. After a long time, One -I called him ’Onyet’- calling Fani. Just said hello hello and hello. We just laugh because Onyet so funny. After the phone go die, Onyet and Tegar came. No need long time, Nina came home. I smiled on her. She came in. I ask her where Asti is. She said she don’t know. Then, Fani said if Atun couldn’t came because she should help her mom. Step mom. Her mom was passed away.
            We chat about everything’s happend. Because my servant didn’t came, so i make a drink by my own. So lazy haha. After it we had to much laughing. Suddenly Nina permit to back home because she should have a course. Music course in Magelang, ADSOR actually. Nina now is very famous artist. She love singing. And Nina back home.
            Without Nina, we decided to play a game. Not UNO card again but “Truth or Dare” wohohoho i love that. Firstly, Fany put her pen and take it on to table. And she twisted it. Let guess who the pen go to! Yep! Dika got it. She choice Truth. So we ask her. Who she’s in love with? And she said no one. We believe it. But i change that question. Everybody had someone to loved. Tell us who is he. Dika said if she haven’t someone to love. But she have someone who she admirer for. She tell us. Gotcha!
            Second, the pen was twisted again. And did you know guys? Haidar got it. He choice “Truth”. We ask something about him. And he tell us. Done.
Third, the pen turn to Fani. Hoho she choice truth. We had a questions and she can answer it.
            Fourth, because the pen very love Haidar, the pen turn into Haidar again. But now, he choice “Dare” whoaaa haha. We decided to make Haidar had an embarrassing moment haha. He should walking from my class to the middle basketball area with hand’s gesture twisting and after he arrived at middle basketball area, he should do it again till five minutes.
            Fifth, Onyet got it. He wanna choice “Truth” too. So we asked him. Who the girl you shoot at last? Onyet need to think. So long time. We just said who who and whooooo. We can’t be patient because we’re so currious. finnaly, he can’t answer it and he got a punishment. Three Dare! Haha the first is he should walking from my class and shouting “Ice cream Ice cream...” haha. The two left haven’t planning yet.
            Sixth was me! I choice “Truth” but they told me to choice “Dare”. Because i wanna try it, i accept it. But shame on me! Shit. The told me to wear “selempang” Mbak Smansa and walking from my class go to basketball area. After in basketball area, I should “melambaikan” hand seems like Miss World. But my hijab should be decorate with big ribbon. Iiiuh
            Hahahaha thats all guys. The “Dare” would be attend on Thursday after school. Oh moooooom. I guess it will be my embarrassing moment and I can’t forget it.
            So lucky i have a friends like you, all. Although sometimes you can be my monsters haha. Till now, our friendship still saved. Nindy, Syntia, Icha, Thea, Fira, “Gank Jaran” and Kinanthi. They were my best i ever had.
So here we are! 
That when we had and awkward chat

we love to take a photo hihi

From left to the right: Onyet, on the chair is me, fani, tegar, Dika and Haidar

Talking about ToD hihi






Our awesome face :D

Sunday, February 10, 2013

That xx (G-Dragon)


Uyeonhi gireul geotda ne namjal bwasseo (Yea I saw him)
Hoksina haetdeon nae yegami majasseo (I told you)
Nega jun banjireul ppaego hanjjogen paljjangeul kkigo
Geunyang yeogikkajiman malhalge (I don’t wanna hurt you)

Geunde ohiryeo neoneun naege hwareul nae (Why?)
Geuneun jeoldaero geureol riga eopdae (Sure you’re right)
Naneun ne nunchil salpigo naega jal mot bon georago
Geurae neol wihae geojitmalhalge (I’m sorry)

Oh nal mollajuneun nega miwo i gidarimi sirheo
Geu son ije noheurago
Nega seulpeohal ttaemyeon naneun jugeul geotman gatdago baby

Geu saekkiboda naega motan ge mwoya
Dodaeche wae naneun gajil su eomneun geoya
Geu saekkineun neoreul saranghaneun ge anya
Eonjekkaji babogachi ulgoman isseul geoya

Neon geu saram yaegil hal ttaen haengbokhae boyeo (You look happy)
Ireokerado useuni joha boyeo (I’m happy)
Geureul jeongmal saranghandago machi yeongwonhalgeorago
Mitneun ne moseubi (I don’t know what to say no more)

Neoui chingudeul modu geureul jal ara (Yup they know)
Ppeonhi da boineungeol neoman wae mot bwa (It’s you)
They say love is blind oh baby you’re so blind
Jebal heeojigireul baralge

Oh nal mollajuneun nega miwo i gidarimi sirheo
Geu son ije noheurago
Nega seulpeohal ttaemyeon naneun jugeul geotman gatdago baby

Geu saekkiboda naega motan ge mwoya
Dodaeche wae naneun gajil su eomneun geoya
Geu saekkineun neoreul saranghaneun ge anya
Eonjekkaji babogachi ulgoman isseul geoya

Bissan chae yeppeun ot gogeup reseutorang neon jal eoullyeo
Hajiman ne yeop geu xneun jeongmal anya neorangeun an eoullyeo
Ne apeseo geojitmisoreul jieumyeo ne bolgwa meoritgyeoreul manjimyeo
Sogeuron bunmyeong dareun yeojareul saenggakhae
Eojjeom geureol su inni joe gatae
Nega heullin nunmulmankeum naega deo jalhaejulge baby
Neo honja gamdanghal apeum naegedo jom nanwojullae baby
Na jom bwadallago geudae sarangi wae narangeol molla
Wae neoman molla

Geu saekkiboda naega motan ge mwoya
Dodaeche wae naneun gajil su eomneun geoya
Geu saekkineun neoreul saranghaneun ge anya
Eonjekkaji babogachi ulgoman isseul geoya

Geu saekkiboda naega motan ge mwoya
Dodaeche wae naneun gajil su eomneun geoya
Geu saekkineun neoreul saranghaneun ge anya
Eonjekkaji babogachi ulgoman isseul geoya

ENGLISH

I was walking down the street
when I saw your man (Yeah I saw him)
I saw that my predictions were right (I told you)
He took off the ring you gave and linked his arm around someone
I’ll just leave it at that
I don’t wanna hurt you

But you actually get mad at me (Why)
Saying that there’s no way he’d do that (Sure you’re right)
I became aware of you being upset
And I said I must have seen someone else
Yes, I’ll lie for you (I’m sorry)

Oh I hate you for not knowing me
I hate this waiting
Please let go of his hand now
When you are sad, I feel like I could die baby

What does that bastard have that I don’t?
Exactly why can’t I have you?
That bastard doesn’t love you
Until when are you going to cry like a fool?

You look happy when you talk
about him (You look happy)
You look good since you are
laughing like this (I’m happy)
You say that you really love him
That it’s going to last forever
You believe in this end
I don’t know what to say no more

All of your friends know him well (Yup they know)
Why are you the only one who can’t see what everyone else sees? (It’s you)
They say love is blind oh baby you so blind
I really hope you will break up

Oh I hate you for not knowing me
I hate this waiting
Please let go of his hand now
When you are sad, I feel like I could die baby

What does that bastard have
that I don’t?
Exactly why can’t I have you?
That bastard doesn’t love you
Until when are you going to cry like a fool?

Expensive cars, pretty clothes,classy restaurants
They suit you well
But that bastard next to you
really isn’t it
He does not go well with you
He smiles fake smiles next to you
He touches your cheeks and hair
But inside, he is definitely
thinking of some other girl
How could he do that? It’s like a sin
As much as you shed tears, I’ll
treat you better baby
The pain you handle by yourself, will you share some of them to me baby?
Please look at me, why don’t you know that your love is me?
Why are you the only one who
doesn’t know?

What does that bastard have
that I don’t?
Exactly why can’t I have you?
That bastard doesn’t love you
Until when are you going to cry like a fool?

What does that bastard have
that I don’t?
Exactly why can’t I have you?
That bastard doesn’t love you
Until when are you going to cry like a fool?

INDONESIAN

Ketika sedang berjalan-jalan, tak sengaja aku bertemu pacarmu (Ya aku melihatnya)
Ternyata perkiraanku benar (Aku sudah mengatakannya padamu)
Dia melepas cincin yang kau berikan dan merangkul orang lain
Aku tak akan membahasnya lebih jauh
Aku tak ingin menyakitimu

Tapi kau justru membenciku (Kenapa?)
Kau mengatakan dia tak mungkin melakukan hal itu (Ya Kau memang benar)
Aku menyadari kau sedang marah
Jadi aku mengatakan bahwa yang aku lihat saat itu adalah orang lain
Ya, aku akan berbohong untukmu (maafkan aku)

Oh aku membenci dirimu yang tak bisa memahami perasaanku
Aku benci penantian ini
Kumohon mulai saat ini tinggalkanlah dia
Ketika kau bersedih, aku merasa seperti mati.. Sayang

Apa yang si brengsek itu miliki dan tak ada padaku?
Kenapa aku tak bisa memilikimu?
Si brengsek itu tidak mencintaimu
Sampai kapan kau akan menangisinya seperti orang bodoh?

Kau terlihat bahagia ketika membicarakan dirinya (Kau bahagia)
Kau terlihat baik semenjak tertawa seperti itu (Aku bahagia)
Kau berkata bahwa kau sangat mencintainya
Dan akan terus begitu selamanya
Kau percaya pada akhir yang bahagia (Aku tak tahu harus berkata apa lagi)

Semua temanmu mengenalnya dengan baik (Ya mereka sudah tahu)
Kenapa hanya dirimu yang tidak bisa mengetahui apa yang sudah diketahui orang lain? (Begitulah dirimu)
Mereka berkata cinta itu buta, Oh sayang.. Kau terlalu buta
Aku sungguh berharap kalian akan berpisah

Oh aku membenci dirimu yang tak bisa memahami perasaanku
Aku benci penantian ini
Kumohon mulai saat ini tinggalkanlah dia
Ketika kau bersedih, aku merasa seperti mati.. Sayang

Apa yang si brengsek itu miliki dan tak ada padaku?
Kenapa aku tak bisa memilikimu?
Si brengsek itu tidak mencintaimu
Sampai kapan kau akan menangisinya seperti orang bodoh?

Mobil mahal, pakaian mewah, restoran berkelas
Itu semua cocok denganmu
Tapi si brengsek itu tak pantas untukmu
Dia sungguh tak pantas untukmu
Senyumannya untukmu hanyalah senyum palsu
Dia membelai rambut dan menyentuh pipimu
Tapi sebenarnya dia juga sedang memikirkan gadis lain
Kenapa dia tega melakukan hal itu? Semua itu seperti dosa
Sebanyak air mata yang kau teteskan, aku akan memperlakukanmu lebih baik.. Sayang..
Rasa sakit yang kau simpan sendiri, maukah kau membaginya padaku, Sayang?
Pandanglah aku, kenapa dirimu tak tahu bahwa cintamu adalah aku?
Kenapa hanya dirimu yang tidak menyadarinya?

Apa yang si brengsek itu miliki dan tak ada padaku?
Kenapa aku tak bisa memilikimu?
Si brengsek itu tidak mencintaimu
Sampai kapan kau akan menangisinya seperti orang bodoh?

Apa yang si brengsek itu miliki dan tak ada padaku?
Kenapa aku tak bisa memilikimu?
Si brengsek itu tidak mencintaimu
Sampai kapan kau akan menangisinya seperti orang bodoh?

Hati yang Tertinggal (Part 1)


Pernah ada seseorang yang mencintaiku sepenuh hati
Yang mencintaiku tanpa patah arang
Yang mencintaiku tanpa lelah
Yang mencintaiku tanpa rasa sulit
Yang mencintaiku dengan penuh kasih sayang
Namun kutersadar
Semua pupus karena lautan yang tak dapat terlampaui...

Sebut saja namanya Clara. Gadis kota yang hidup sederhana. Ayahnya pemilik saham terbesar di Kota Damai tersebut. Ibunya asli keturunan Belanda yang merupakan konglomerat.
 “Claraaaaaa duduk sini siniiii.” Seru Gabriel, sahabat Clara yang selalu menemani. Gabriel sangat setia pada sahabatnya itu. Bukan karena materi namun karena ketulusan Clara dalam pertemanan mereka, persaudaraan malah.
Gabriel, berasal dari keluarga yang pas-pasan. Keluarga Gabriel pernah terlibat hutang pada pengusaha lain. Karena ayahnya yang bekerja sebagai buruh pabrik dan ibunya yang hanya menerima pesanan jahit, mereka tak sanggup membayar hutang. Sempat, hampir Gabriel harus keluar dari sekolah karena tak sanggup membayar. Namun karena Gabriel bertemu dengan Clara, di suatu tempat tak jauh dari sekolah, Clara hampir dirampok oleh segerombol penjahat, beruntung Gabriel menguasai ilmu bela diri dan dapat menyelamatkan Clara. Sejak saat itu, keluarga Clara berhutang budi pada Gabriel dan mengangkat Gabriel sebagai anak keluarga Clara. Hutang keluarga Gabriel pun telah dilunasi. Maklum, Clara adalah anak pertama dan terakhir dari pasangan Tuan Brawijaya dan Nyonya Alethea.
Saat ini Clara kuliah di salah satu universitas ternama Indonesia, jurusan Public Relationship. Gabrielpun mengikuti Clara. Namun beda jurusan. Gabriel lebih memilih jurusan hukum. Ia ingin membasmi korupsi di negara ini.
Clara beranjak dewasa. Namun ia belum jua menemukan kekasih hatinya. Sewaktu SMA, Clara pernah mempunyai pacar. Tetapi ia hanya ingin mengincar harta Clara. Clara mengetahui hal tersebut dari Gabriel. Dan akhirnya Clara meutuskan untuk berpisah dengan pacarnya tersebut.
“Eh, Clara. Ada mahasiswa cakep banget deh. Lo ga tertarik?” goda Gabriel saat di kantin.
“Gue trauma Gab. Gue takut kalo misal mereka cuman manfaatin harta bokap nyokap gue.” Keluh Clara.
“Ko lo sedih? Berarti lo pengen punya pendamping hidup kan?”
“Aih sotoy lo. Gue cabut duluan ya. Ada kelas nih.” Clara meninggalkan Gabriel.
Gabriel ingin mengenalkan pria berambut cepak, tinggi dan maskulin. Dia adalah kakak angkatan mereka. Kuliah di Fakultas Ekonomi Bisnis. Gabriel mengerti sifat Clara. Clara bukanlah gadis polos. Dia sudah berkali-kali mengalami hubungan dengan lelaki. Hubungan yang tak jauh daripada pacaran saja. Gabriel tahu, sebenarnya Clara akan cocok bila disandingkan dengan pria itu. Gabriel yang notabene juga pacar dari kakak angkatan fakultas Ekonomi Bisnis mencari tahu tentang pria itu.
“Sayang. Nama cowo itu siapa sih? Ko aku baru liat dia ya?” tanya Gabriel merajuk pada kekasihnya, Sammy.
“Ooh namanya Bernant. Dia emang rada-rada misterius gitu. Kadang ada kadang ngilang gitu aja. Kenapa gitu?” selidik Sammy.
“Wet, jangan mikir macem-macem yaa. Aku pengen deh nyomblangin Bernant sama Clara. Dia orangnya gimana? Kalo aku liat dari postur dia, cocok sih sama Clara. Tapi kan kita juga harus tau sifat Bernant itu kan?” Gabriel meminta pendapat.
“Hmm gitu. Ya si Bernant ini orangnya agak jutek gitu. Susah bergaul. Tapi jangan samain dia kaya kutu buku dan semacamnya. Didalam ketenangannya, dia juga bisa ngehanyutin. Ngerti kan?” terang Sammy.
“Maksutnya dia bisa sewaktu-waktu beringas gitu?” tanya Gabriel tak paham.
“Bukan, sayaaang. Dia ini termasuk orang terpopuler di fakultasku. Ngerti kan kelakuan orang populer itu gimana.” Kata Sammy.
“Yep. I gotcha!” Gabriel mengangguk, mengerti.
Gabriel terus berfikir bagaimana cara mendekatkan Clara dengan Bernant.
Clara berada diperpustakaan untuk mempelajari bahasa-bahasa internasional. Saat mengambil buku yang letaknya di paling ujung atas, buku tersebut jatuh dan menimpa orang disebelah Clara.
“Ouuch. Sakit. Bego. Kalo ga bisa ambil ga usah ambil kek. Bego!” bentak lelaki maskulin itu pada Clara.
“Sial. Sorry. Gitu aja marah.” Kata Clara sembari mengambil bukunya yang terjatuh. Namun buku itu diinjak oleh pria itu.
“Heh misi dong. Punya sopan ga sih?” kata Clara menahan amarah.
“Gue yang harusnya tanya. Lo punya sopan ga. Udah jatohin buku, cuman maaf doang.” Kata lelaki itu.
“Terus gue harus gimana ha? Traktir lo makan? Jadi babu lo gitu?” bentak Clara yang sudah naik pitam.
“Aha. Ada bagusnya juga tuh.” Usil lelaki itu.
“Najis!” bentak Clara didepan wajah lelaki itu dan beranjak meninggalkan tempat kejadian setelah mengambil buku itu.
Setelah kejadian itu, sehari penuh mood Clara jadi tidak bagus.
“Halo, Gaby?” suara dari seberang telefon.
“iya. Kenapa Ra?” tanya Gabriel. Clara menelfon Gabriel.
“Cabut yuk. Bete gue.” Ajak Clara.
“Gue tunggu lo di parkiran ya.” Lanjut Clara, mematikan telefonnya.
Clara berjalan menuju parkiran.
Bruk! Clara menabrak seseorang.
“Sial sial sial. Gue ketemu lo lagi. Ngapain sih lo? Jalan tuh sambil liat-liat dong.” Bentak lelaki yang tadi Clara temui di perpustakaan.
“Heh elo tuh yang bikin hari gue sial. Gue udah ga mood kuliah gara-gara elo!” balas Clara meninggalkan lelaki itu ditengah keramaian.
“Hiiih elo musti tau apa yang bikin gue bete hari ini.” Sungut Clara.
“Hahaha emang apaan? Tumben lo se-unmoood ini.”
“Gue ketemu cowo rese banget. Jelas-jelas dia yang salah. Dari tadi gue mulu yang disalahin. Hanjir banget deh.” Kata Clara, kesal.
“Ya ampun, Clara. Cuman begituan doang? Ati-ati loooh. Nanti jadi jatuh cinta haha.” Tawa Gaby.
“Aih lo sama resenya ah. Sekarang kita mau kemana nih?” tanya Clara.
“Terserah lo lah. Kan elo yang bawa kabur gue.” Jawab Gaby, tertawa.
Mereka menuju cafe langganan mereka. De Amoura Cafe. Beberapa blok dari rumah mereka. Seperti biasa, Clara memesan chocomilk with chocochips. Sedangkan Gabriel memilih strawberry with vanila wiped.
“Lo ninggalin kuliah lo dong?” Gaby membuka pembicaraan.
“Udah selesai. Dosen pergi, istrinya ngidam pengen ke Bandung.” Jawab Clara singkat.
“Haha lucu amet dah ngidamnya. Dosen gue liburan menuhin permintaan anaknya. Jadi gimana tuh sama cowo yang lo temuin tadi?” pancing Gaby.
“Aiiih apaan sih Gab. Gausah ngulang cerita itu lagi deh. Gimana lo sama Sammy?’ Clara mengalihkan pembicaraan.
“Makin mesra dong yaaa hahaha” tawa Gabriel.
“Eh gue pengen deh bikin acara blind-date.” Lanjut Gaby.
“Hah? Gila lo. Lo kan udah ada Sammy. Ngapain blind-date segala?” Clara tak percaya.
“Ya Tuhan. Bukan buat gue laaah. Tapi buat elo. Gimana?” kata Gaby misterius.
“Aih apaan. Ga bermutu. Jangan-jangan lo mau nyomblangin gue sama om-om lagi. Ogah gue.” Kata Clara.
“Kagaaa. Swear gue janji. Cowo ini beda daripada yang lain. Gimana?” rayu Gaby.
“Ogah!” kata Clara.
“Ah ga asik lo. Pokonya lo harus mau. Daripada lo jadi perawan tua? Mau lo??” ancam Gaby.
“Hanjir lo. Mau ngutuk gue nih?” sungut Clara. Mereka tertawa.
Matahari telah beristirahat tepat ketika Clara dan Gabriel selesai berbelanja di mall. Setelah dari cafe, mereka memutuskan untuk pergi shopping.
Dirumah, Clara langsung menuju kamar mandi untuk merelaksasikan tubuhnya yang sudah capai. Begitu juga Gabriel.
“Araaa. Sini deh.” Panggil ayah Clara. Ara adalah panggilan sayang dari ayah dan sang bunda.
“Iya Paaa. Tunggu.” Jawab Clara yang sedang mengeringkan rambut seusai mandi.
“Kenapa Pa?” tanya Clara. Pandangan Clara terhenti di sudut sofa,tempat lelaki yang tadi ditemuinya. ‘Hanjir kenapa ada dia disini.’ Kata Clara dalam hati.
“Ini ada anak temen papa. Anaknya Om Sebastian yang ada di Amerika itu. Inget? Bernant, ini anak om. Ayo Clara, sini.” Ucap papa Clara mengenalkan.
“Bernant.” Lelaki itu mengulurkan tangannya ke arah Clara. Karena ada papanya, Clara menjabat tangan itu.
“Clara.”
“Nah, Clara. Bernant nanti akan tinggal di rumah sebelah kita. Dia akan jadi tetangga baru kita.” Kata papa Clara. Clara hanya tersenyum simpel.
“Clara, temenin Bernant dulu ya. Papa ada acara keluar sama mama.” Ucap papa Clara. Mama Clara yang sedari tadi berbincang dengan Bernant, menggandeng papa Clara menuju keluar rumah.
Clara naik ke atas, ke kamarnya.
“Eeeh mau kemana lo?” tanya Bernant.
“Bukan urusan lo.” Ucap Clara singkat.
Di kamar, Clara bicara dengan Gaby. Gaby langsung berbinar mendengarnya.
“Kenapa lo tinggalin? Turun gih.” Ucap Gaby.
“Ogah ah. Lo aja sana.” Kata Clara malas.
“Hiih dia kan tetangga baru. Sini sini gue temenin. Ayo Ara sayaaaang.” Gaby menarik lengan Clara menuju ruang tamu.
Di tangga terakhir, Clara tidak memprhatikan jalan sehingga jalannya oleng. Bruk! Alhasil, Clara dengan lancar bak kereta api langsung jatuh. Wajah Clara langsung merah padam. Ia melihat ke arah Bernant yang sedang menahan tawa. Dibantu oleh Gabriel, Clara bangkit. Ia langsung ke dapur untuk mengambil sedikit makanan kecil.
“Gue harus kasih dia pelajaran.” Ungkap Clara. Ia memasukan obat pencuci perut pada roti yang akan dihidangkan untuk Bernant.
“Nih buat lo.” Kata Clara ketus. Bernant yang saat itu kelaparan langsung memakan roti dari Clara.
Beberapa saat kemudian.
“Clar, toilet lo dimana?” tanya Bernant, mukanya berubah menjadi merah. Menahan sesuatu.
“Dari sini, lurus, nanti belok kanan. Ada pintu nah disitu.” Jawab Clara menahan tawa. Bernant langsung menuju toilet itu. Beberapa menit kemudian-lama- Bernant keluar. Ia melihat Clara sdang tertawa dengan Gabriel. Bernant yang keadaannya masih sakit perut berlebih, memutuskan untuk pulang.
“Gue balik deh. Salam buat bonyok lo.” Kata Bernant langsung ngacir.
“Haha gue puas deh dia kesakitan gitu.” Kata Clara pada Gabriel, tertawa.
Keesokan harinya, Clara berangkat menuju kampus bersama Gabriel. Saat mobilnya hendak keluar, ternyata ada mobil hitam yang menghalangi jalan mereka.
“Hanjir, mobil siapa sih ini.” Sungut Clara
Din diiiiiin. Klakson ditekan beberapa kali hingga sosok yang menyebalkan bagi Clarapun muncul. Clara yang sudah naik darah, langsung turun, ingin mendamprat Bernant.
“Heh, ini jalan punya nenek elo? Seenaknya aja parkir sembarangan gitu!” bentak Clara.
“Apa? Jalan ini? Kalo emang iya kenapa?” tantang Bernant.
“Aih percuma ngomong sama kambing. Waktu gue sia-sia ngomong sama elo.” Kata Clara langsung masuk kedalam mobil. Mengemudikan mobilnya secepat angin.
“Ra, elo kenapa sih gitu banget sama Bernant? Atai-ati loh. Nanti jadi cinta lo sama dia haha.” Goda Gaby.