Saturday, April 27, 2013

Bangau Merah dan Bangau Biru (END)


Ern tak mengerti. Ia bertanya dalam hati. Mungkinkah Dewa mengajaknya untuk balikan? Beberapa hari berlalu, Ern memberanikan diri untuk bertanya. Ia berharap semoga jawaban Dewa takkan mengecewaka hati Ern.
Tak lama setelah Ern bertanya, Dewa menjawab. Seperti teka-teki, Dewa membalas “mau atau engga” hanya itu. Dengan hati yang berbunga, Ern menjawab “mau”. Namun karena Ern membalas beberapa hari kemudian, mungkin Dewa berubah niat. Selang beberapa hari, Dewa membalas “aku pikir-pikir dulu”. Ern terkejut. Apa maksud Dewa? Apakah benar sudah ada perempuan lain di hati Dewa?
Ern berada dalam situasi yang menggantungkan. Ia masih menyayangi Dewa, namun Dewa masih harus berfikir tentang niatan kembali pada dekapan Ern. Ern terus menunggu dan menunggu. Sementara di sekolah baru Ern, ada beberapa lelaki yang mendekati Ern. Mengetahui Ern terlepas dari Dewa, para lelaki itu semakin gencar mendekati Ern. Salah satunya bernama Antonius. Antonius terus mendekati hingga menyatakan cintanya pada Ern. Namun Ern tolak karena ia masih kekeuh, menunggu Dewa.
Tak disangka, ketika Ern melihat-lihat sosial media milik Dewa, Dewa sedang berkomentar dengan temannya. Sangat akrab. Sebut saja perempuan itu bernama Agsa. Bak terjatuh, Ern ingin menjerit sekeras-kerasnya. Ia menutup laptopnya dan membanting buku yang ada disebelahnya. Ia merasa Dewa membuat semua harapannya pupus. Tak menunggu beberapa bulan, Dewa sudah menjalin cinta barunya dengan Agsa. Karena kesal, Ern mengirim pesan kepada Dewa. Apa maksud semua ini. Dengan gamblang, Dewa menjelaskan semuanya. Ia ingin memulai hidup baru. Tak tanggung-tanggung, Dewa membubuhi kalimat yang sangat berharga di akhir balasannya. “kalo kamu mau, nunggu aku mau?” ya. Masih terekam jelas kata itu di benak Ern sampai saat ini. Tanpa berfikir panjang, Ern membalas “oke aku tunggu kakak.” Mulai saat itu, Ern menutup hatinya untuk semua laki-laki. Ia tak akan bermain terlalu dekat dengan lelaki. Ia akan teguh pada pendiriannya. Menunggu Dewa.
Selama ia menunggu, Ern masih sering berkomunikasi dengan Dewa. Ern menganggap Dewa adalah sahabatnya. Walau ia masih menuggu Dewa, namun ia tak ingin mengubah sikap Dewa. Ern ingin selalu dekat dengan Dewa.
Semua manusia akan mengalami dimana titik jenuh itu berada. Mungkin Dewa sudah jenuh. Ern masih sering mengeluh, bercerita, dan sebagainya. Mungkin Dewa jenuh dengan semua tentang Ern. Mungkin benar Dewa akan tetap selamanya dengan Agsa. Sampai pada akhirnya, Dewa mengirim pesan pada Ern. “Kakak mau ngomong sesuatu sama kamu.”  Pesan dari Dewa.
“Apaan kak?” tanya Ern penasaran. Mungkinkah ini saatnya? Saatnya merebut kembali hati Dewa? Harap Ern.
“Kakak pengen kamu ga ngehubungin kakak lagi. Kamu tau kan apa sebabnya? Kamu masih punya temen disana selain kakak. Kamu masih punya Desica, Firmanila, Alethea dan lainnnya buat kamu curhat. Disana pasti bakal ada yang sreg buat kamu.”
Seketika, Ern tak dapat berkata apapun. Hati Ern bak porselen yang dibom. Hancur berkeping-keping. Emosipun menjalar. Ern membalas.
“Kenapa? Apa alasannya? Jadi tawaran kakak hangus gitu aja? Maksud kakak giniin aku apa?”
Beberapa detik kemudian Dewa membalas.
“Kamu pasti tau apa alasannya. Tawaran apa?” jawab Dewa serasa ia tak mempunyai dosa.
“Aku ga tau. Tawaran kakak. Aku bakal nunggu sampe kakak udah ga sama Kak Agsa. Sampe itu kita bakal balikan. Apa itu cuman php?” balas Ern.
Oke, aku udah punya hati yang harus aku jaga. Kamu tau kan? Ga ada yang namanya php, yang ada kegeeran.” Balasan Dewa berhasil menusuk tepat pada jantung Ern. Seketika tubuh Ern lemas. Ia tak tahu harus berbuat apa. Mungkin kini di mata Dewa, Ern hanyalah sampah, masa lalu, atau lebih parahnya perempuan rendahan. Menunggu dan tak punya malu.
Mulai saat itu, Ern bertahan mencoba tak menghubungi Dewa lagi. Ia malu. Dan masih sama, Ern masih menutup hatinya rapat-rapat. Bukan untuk menunggu Dewa, karena di benak Ern, tak ada lelaki sebaik Dewa. Percuma membuka hati jika lelaki bajingan yang didapat.
Hari demi hari dijalani Ern dengan hambar. Teman-teman baru Ern selalu bertanya, namun Ern pandai berbohong, ia menipu pada semua orang kalau ia baik-baik saja. Padahal sudah ada beribu-ribu luka jahit di hatinya.
Hampir setiap malam ia membuka laptopnya dan mendengarkan lagu-lagu kenangan yang telah ia ukir denga Dewa. Ern masih meletakan bangau birunya di meja belajarnya. Ia masih sering mengingat saat Dewa menulis di sayap bangau tersebut. Setiap ia pergi ke kota Dewa, Ern selalu teringat rute perjalanan dan apa saja yang telah ia lakukan dengan Dewa. Dewa Dewa Dewa. Ya, Dewalah yang membuat Ern gila. Satu perjalanan yang membuat Ern tersenyum hingga sekarang jika ia meningatnya. Perjalanan menuju pantai, lampu merah, dan Dewa mengucapkan kata I Love You pada Ern. Perjalanan pulang dari pantai, Dewa menjaga Ern dari kegelapan. Perjalanan menuju bukit, Dewa mengatakan I Love You, dan perjalanan pulang dari bukit, Dewa terus menerus menggenggam tangan Ern. Sungguh, Dewa, you’ve make me crazy, batin Ern.
Bumi terus berotasi, hari berlalu, Ern belajar banyak hal. Tuhan pernah mengatakan, semua yang ada didirimu sekarang hanyalah pinjaman yang suatu hari nanti harus dikembaikan. Entah, Ern mulai berfikir, Dewa mungkin malaikat yang dipinjamkan pada Ern, dan kini waktunya merelakan Dewa kepada Agsa. Tugas Dewa sebagai malaikat penjaga Ern sudah selesai. Masih ada manusia-manusia yang harus dijaga oleh malaikat itu. Agsa. Ern hanya berdoa semoga Dewa bahagia bersama Agsa, kadang cinta itu harus menghilangkan ego. Melihat orang yang kita cinta bahagia merupakan suatu kepuasan tersendiri. Walaupun berat dilakukan, Ern mencoba sedikit demi sedikit untuk melakukannya. Walaupun sepasang bangau kini telah menjadi seekor bangau, namun Ern yakin, bangau-bangau tersebut akan mendapatkan danau yang sangat indah. Ern yakin, bangau biru yang ada dimejanya akan sangat bahagia tanpa bangau merah. Ern yakin, ini adalah jalan yang tebaik. Ern tau pasti, Tuhan mempunyai rencana yang sangat indah yang akan diberikan pada waktu yang tepat.
Terimakasih untuk Dewa yang telah menjadi malaikatku, menjadi bangau terindahku, menjadikanku patuh terhadap agama, menjadi motivasiku, menjadi pengalamanku, menjadi satu diantara lembaran terpenting dalam buku kehidupanku...

Bangau Merah dan Bangau Biru (part2)


Jam pelajaran telah usai. Semua membubarkan diri. Ern tak sempat mengucap kata perpisahan karena anak-anak sudah membaur keluar kelas. Hanya beberapa yang sempat Ern berikan salam terakhir.
Ern, Desica, Firmanila dan Alethea berjalan menuju lapangan. Ya, mereka adalah sahabat yang juga mengikuti extra yang sama, Pasukan Inti.
Ern melihat anak-anak pasukan yang sudah berkumpul disana. Ada Dini yang langsung memeluk Ern. Ern langsung meneteskan air matanya. Dini langsung menghibur.
“Ih apaan sih lu Ern. Lu ultah yaaa? Terus dikasih kejutan tuuuh hahaa. Ayo ketawa Ern.” Ucap Dini.
“Iye gue ultah dan gue ga bakal balik sini lagi Din haha.” Ucap Ern mencoba menghibur diri. Ern melihat sekeliling, ia tak menemukan dimana Dewa.
“Ayo baris berbanjar. Pasukan putri, putra 27, kumpul.” Perintah Kak Edo merapikan barisan.
“Eeeh gue mau deketan sama Ern.” Kata Dini sambil pindah tempat. Begitupun dengan Desica.
“Disini, ada yang mau ngomong sesuatu ke kalian.” Kata Edo sambil melirik ke arah Ern. Ern pura-pura tak mengetahui. Anak-anak mulai gusur.
“Aiih ayo kaaak. Laper nih. Mau pulang. Cepetan kaak.” Kata salah satu dari pasukan.
“Ayo, Ern maju sini.” Panggil Edo.
“Hah? Kenapa Kak?Ogah ah.” Jawab Ern enggan.
“Ayo cepetan Ern, kenapaaa?” kata bocah yang rusuh ingin mengisi perutnya.
Akhirnya Ern maju. Ern masih melihat sekeliling. Ia tetap mencari Dewa. Seperti mengetahui, Edo berusaha menenangkan Ern.
“Udah, ngomong dulu, nanti Kakak hubungin Dewa okay?” kata Edo.
“Dih harus ngomong apa kak?” tanya Ern.
“Udah apa aja. Nyanyi juga boleh.” Kata Edo.
“Ehem. Okay guys. Disini gue mau ngomong sesuatu sama kalian.” Kata Ern membuka. Ern duduk di depan pasukan.
“Gue bakalan pindah sekolah.” Anak-anak langsung bergumam.
“Iya gue serius. Gue bakal pindah ke kota yang mungkin kalian ga tau. Gue mau minta maaf aja. Gue tau gue banyak salah sama kalian. Gue juga mau ngomong makasih. Selama kalian jadi keluarga gue, kalian udah ngajarin gue apa itu arti kekompakan, arti kerja sama, arti bersusah-susah bareng. Dan bareng kalian gue ngerti arti persahabatan. Gue mohon sama kalian, jayain Pasukan Inti. Jangan sampe ade-ade kelas kita ga ngerasain adanya Pasukan Inti. Tetep semangat untuk ngeraih piala juara pertama. Tapi yang jelas tujuan kita dipasti bukan sekedar piala. Tapi kekeluargaan kita.” Ern mulai meneteskan air matanya. Namun Ern tetap mencari Dewa. Seakan mengerti, Raras mengatakan bahwa ia akan menghubungi Dewa. Makin banyak kakak kelas yang datang, menyaksikan perpisahan Ern.
“Ern, emang lo pindah kemana?” tanya Radith, tetangga kelas Ern.
“Lo ga bakal tau J “ jawab Ern.
“Okay guys, karena jam udah sore, gue akhirin pidato gue. Untuk yang terakhir, PASTI, JAYA! JAYA PASTI!” Ern kembali ke barisan. Dan Edo menggantikan posisi Ern didepan.
“Inget satu hal lagi, Ern, temen-temen semua, Kita dan Ern bukan berpisah. Kita masih satu keluarga, tapi cuman kepisah jarak. Dan Ern, sering-sering main kesini yaaa.” Kata Edo.
Semua bubar. Masih ada beberapa yang bergiliran memeluk Ern. Ern mengangis tersedu. Namun Dewa belum juga datang. Ahmed, kakak kelas Ern juga mencoba menghubungi Dewa. Sementara itu, anak kelas Ern berfoto dengan Ern. Ada Fauzy, Putri Dian, Lala, Desica, Sanamira, Arya, dan yang lainnya.
Beberapa menit kemudian, Edo mengatakan bahwa Dewa sedang mengerjakan tugas dirumah teman Dewa. Ern mengerti. Ern meminta tolong pada Edo agar menyampaikan, jika Dewa tidak bisa bertemu, tidak apa. Namun Edo berkata tidak. Dewa pasti mau meluangkan waktunya. Sekali lagi, Ern meneteskan beberapa air matanya.
Saat yang ditunggu tiba. Dewa datang bak pangeran berkuda putih dimata Ern. Muka Dewa nampak gugup. Ern tersenyum ke arah Dewa. Dewa turun dari motor merahnya.
“Udah lama?” tanya Dewa.
“Engga. Baru aja ko. Dari mana Dear?”
“Rumah temen. Kamu bener mau pindah?” tanya Dewa yang nafasnya masih memburu.
“Iya. Kakak jangan nakal yaa. Jangan marah-marah terus hehe.” Ujar Ern.
“Yaelah emangnya kakak anak kecil masih nakal-nakal gitu.” Kata Dewa.
Ern dan Dewa berdiri dibawah pohon yang sangat sejuk.
“Maafin aku kalo ada salah kak.” Kata Ern, menangis.
“Iya gapapa. Ga ada makhluk Tuhan yang sempurna.” Menyodorkan tissue.
“Ya ampun kakak bawaannya tissue?” Ern menghibur diri.
“Hehehe kakak kan orangnya bersih.” Jawab Dewa.
Waktu terasa berhenti. Ya, Ern menginginkan waktu berhenti berputar. Ia ingin lebih lama bersama Dewa.
“Eeeern. Mama kamu nelfon nih.” Kata Desica. Handphone Ern memang dibawa Desica sedaritadi.
“Bilang apa gitu kek. Bentar lagi.” Pinta Ern.
“Kak, Ern punya sesuatu buat kakak.” Kata Ern sembari mengeluarkan benda mungil dari tasnya.
Sepasang bangau kertas yang Ern buat semalam. Biru dan merah. Sesuai dengan warna kesukaan Ern dan Dewa. Ern memberikan bangau kertas biru kepada Dewa.
“Kakak, tandatangan disini yaa.” Pinta Ern.
Lalu mereka bertukar bangau kertas. Ern mendapatkan bangau kertas biru yang sudah dibubuhi tandatangan Dewa serta ucapan “I LOVE ERN”, dan Dewa mendapat bangau kertas berwarna merah yang telah tertulis “LOVE YOU MY DEAR” dan tanda tangan Ern.
Jam menunjukan pukul setengah lima sore. Karena takut dimarah, Ern pamit. Semua mengucap goodbye pada Ern. Termasuk Dewa. Dewa mengantarkan Ern sampai gerbang sekolah.
“Hati-hati yaa. I love you.” Kata Dewa.
“Iya sayang. Kakak juga hati-hati. Love you too.” Ern tersenyum melepas kepergian Dewa.
Didepan kost, mobil mama sudah penuh sesak oleh barang-barang Ern. Ern tak menyangka bakal secepat itu kepindahannya.
Sepanjang perjalanan, Ern melihat galeri foto di handphonnya. Sontak, Ern tertawa kecil. Ia menemukan foto dirinya dengan Dewa dan tanpa sadar kamera. Ada beberapa foto yang disukai Ern. Ketika Ern dan Dewa tersenyum dan saling menghadap. Ern langsung menjadikan foto tersebut wallpaper handphone-nya.
Dahulu, tepatnya tanggal sebelas November 2011, Dewa dan Ern memulai kisah kasih mereka. Hampir setiap malam Dewa dan Ern berbincang via telefon. Suatu ketika, saat Dewa menelfon Ern, sengaja Ern menyetel lagu favoritnya, “Me and My Boyfriend” dari Mocca. Disitu terdapat lirik I’ve got a boyfriend now he’s my dearest pal he’ll always catch me when I fall he’s always there when I call.
“Itu lagu judulnya apa?” tanya Dewa.
“Me and my boyfriend. Kenapa gitu?”
“Hehe itu jadiin lagu kita yaa hehe.” Kata Dewa kemudian. Dan semenjak itu, lagu tersebut bak lagu wajib yang mereka setel setiap saat.
Ern tahu kebiasaan Dewa setiap pagi, Dewa selalu mendengarkan mp3 player. Maka dengan iseng, Ern selalu bertanya apa lagu kesukaan Dewa saat ini.
“Kak Dew, lagu kesukaan kakak apaan?” tanya Ern di seberang telfon.
“Hmm apaan ya? She Had The World” kata Dewa.
“Lagunya siapa?” Ern mulai kepo.
Panic! At The Disco, sayang. Hehe. Eh, tau ga?” tanya Dewa.
“Apaan?”
“Aku sayang kamu. Hehehe.”  Ungkap Dewa. Bak melayang, Ern tersenyum, tersipu, dan sangat senang hatinya.
“Aku juga sayang kakak, hehe.” Balas Ern.
Setelah percakapan ditutup, Ern langsung browsing internet mencari lagu tersebut. Lalu ia dengarkan sampai fajar terbit.
Beberapa malam selanjutnya, giliran Ern yang menelfon Dewa.
“Halo” kata Ern.
“Salamnya mana?” Dewa mengingatkan.
“Ehehe. Assalamualaikuuum.” Ern mematuhi memakai salam.
“Nah gitu, baru pacar kakak. Lagi apa?”
“Dih bisa aja deh hehe. Lagi duduk. Kangen nih. Kakak lagi apa?” tanya Ern.
“Sama. Lagi kangen banget sama kamu hehe.”
“Gimana kabar pasukan inti?” tanya Ern.
“Ya gituu.” Jawab Dew malas.
“Kenapa? Eh kak, lagu kesukaan kakak sekarang apa?” seperti biasa, Ern bertanya tentang lagu.
“Hmm itu lagi ya. Apaan yaa? Lagu fix you dari Coldplay.” Jawab Dewa.
Seperti biasa, Ern langsung me-download lagu tersebut dan ia dengarkan sepanjang hari. Sampai saat ini, sudah terkumpul banyak lagu. Diantaranya She had the world, Me and my boyfriend, wind of change, you’re still the one, fix you, dan somebody that i used to know dari Gotye.
Hari-hari mereka jalani dengan penuh kasih sayang. Sampai suatu ketika, saat Ern sedang bermain sosial media dengan Dewa, Bunda Ern tak sengaja membaca percakapan antara mereka berdua. Ya, Bunda Ern tidak pernah memperbolehkan Ern untuk pacaran. Dan saat itu juga, Bunda Ern naik pitam.
“Ern, siapa itu Dewa?” bentak Bunda.
“Ha? Temen Bun. Kenapa?” jawab Ern gelagapan. Ini sudah kesekian kalinya Ern membuat alasan. Namun kali ini nada bicara Ern sudah tidak seperti biasanya. Ern gelagapan.
“Bohong! Bunda lihat kamu sayang-sayangan sama dia.” Bunda membentak, Ern terlonjak kaget.
“Dewa emang gitu, Bun. Dia kalo canda memang begitu.” Ern mengelak.
“Bohong. Putusin sekarang!” teriak Bunda tepat dihadapan Ern.
Ern tidak bisa berkata-kata. Disaksikan Bunda, Ern mengetik pada sosial media tersebut.
Kak, aku kira sampai disini aja hubungan kita. Aku ga mau kita terlalu jauh melangkah.”
Send.
Dengan kilat, Dewa membalas.
Kenapa memang? Kita lagi ga ada masalah juga kan?”
Hati Ern hancur. Mata Ern mulai panas. Tapi ia harus membendungnya.
“Its about a time dear.”
Dan, berakhirlah hubungan mereka. Handphone Ern disita oleh bunda selama kurang lebih seminggu.
Seminggu setelahnya, Ern mencoba menghubungi Dewa. Namun tidak ada respon. Ern sebenarnya ingin meberitahukan segalanya. Namun terlambat. Mungkin Dewa sudah terlalu kesal pada Ern yang memutuskannya tiba-tiba.
Setiap hari Ern mencoba merangkai kata-kata. Pastinya kata-kata untuk meminta maaf pada Dewa dan memberitahunya.
Beberapa hari kemudian, Ern berhasil menghubungi Dewa. Namun Dewa sudah menjadi dingin. Dewa sudah menganggap Ern adalah orang lain. Ern terluka.
Tak disangka, ketika Ern membuka sosial media tersebut, Dewa mengirimkan pesan.  Dewa mengirim kembali pesan yang pernah Ern berikan.
Its all about time dear”

Bangau Biru dan Bangau Merah (part1)




You're still the one I run to
The one that I belong to
You're still the one I want for life

You're still the one that I love
The only one I dream of
You're still the one I kiss good night


“Dear, besok aku pergi ke kotamu. Mungkin cuman sehari. Setelah itu, aku pindah. Kamu bakalan dateng kan besok?”
“Oke sayang. Besok aku pasti dateng.”

Gadis berparas putih itu duduk termenung didalam mobil. Ern namanya. Ia bersama mama dan sopirnya pergi pagi-pagi buta berangkat menuju sekolah Ern. Ern diberi kesempatan sekolah selama sehari full di sekolah tersebut sebelum ia dipindahkan oleh sang mama.
Malam sebelumnya, Ern telah menghubungi pacarnya,Dewa, agar besok dapat meluangkan waktu sejenak. Tak lupa, Ern juga membuatkan sesuatu sebagai kenangan. Ia ingin, walaupun mereka terpisah jarak, namun mereka akan selalu tetap memiliki hati satu sama lainnya.
Jam menunjukan pukul 7.00. Namun Ern belum juga masuk ke komplek sekolahan tersebut. Jalanan bertambah padat dan susah untuk melaju. Ern sudah berfikir dalam hati bahwa ini adalah jalan menuju keterlambatan. Ern juga belum memakai seragam karena semua seragam ia tinggalkan di kost.
Sesampainya di kost, pukul 7.10. Ern langsung berlari menuju kamarnya dan mengganti kaos merahnya dengan seragam osis. Ern lupa menempatkan tas gendongnya. Tanpa berfikir, ia mengambil tas perginya yang sangat kecil dan hanya membawa satu buku tulis. Tanpa membawa alat tulis.Payah.
Gerbang sekolah sudah tertutup rapat, tanda bahwa siapapun yang telat harus menjalani hukuman. Hukuman disini bukan berarti hukuman fisik, namun hukuman batin. Setelah mengisi daftar telat, Ern diberi surat ijin mengikuti pelajaran. Tetapi tunggu, penyiksaan baru saja dimulai. Ern dengan jajaran anak- anak yang telat berdiri tegap didepan kantin. Bukan karena lapar, melainkan kantin dekat dengan gerbang, jadi hukumannya ya didepan kantin. Bapak guru konseling mulai berceramah. “Kalian tahu apa akibatnya jika kalian telat? Mau jadi apa bangsa ini kalo generasi penerus sering telat? Kalian sadar kalian ini siapa? Kalian ini bukan kerbau. Kalian murid- murid cerdas yang kami pilih untuk meneruskan nusa bangsa........”
Sementara guru tersebut berceramah, tiba-tiba pikiran Ern terbang melayang. Ia memikirkan perpisahan dengan anak-anak. Ia memikirkan berpisah dengan pasukan, memikirnya berpisah dari pujaan hatinya, serta memikirkan berpisah dengan guru konseling yang bawelnya naudzubilah #whoops.
Setelah guru konseling selesai berceramah, Ern dan kawan-kawan diperbolehkan mengikuti pelajaran. Saat itu ruang Ern berada di lantai dua bagian utara. Ia sadar bahwa pelajaran pertama adalah pelajaran pkn oleh Bapak Is, guru yang terkenal killernya. Guru tersebut juga pernah menegur Ern ketika Ern remidi. Beliau berkata bahwa Ern tukang tidur. “Mampus dah. Bisa dikatain moloran lagi nih.” Batin Ern.
Tok tok tok....
            Ern mengetuk kelas dan membuka sembari mengucap salam. Ternyata benar, Bapak Is sudah duduk gagah di singgasana Beliau. Beliau mempersilakan Ern masuk. Ern melangkahkan kakinya ke dalam kelas dan seketika itu pula, Ern disambut oleh teman-temannya.
“Eeeern...” kata teman-teman. Ern hanya tersenyum pada semua hadirin. Ia langsung menghadap ke Bapak Is untuk menyerahkan kertas terlambatnya dan meminta maaf. Ern duduk bersama Desica, sahabat terbaiknya.  
“Kamu kenapa, Ern?” tanya Desica, melihat mata panda Ern.
“Gapapa, Ca. Kecapean aja kali. By the way, barengin bukupelajarannya ya. Gue ga bawa nih.” Kata Ern.
“Loh? Kenapa ga bawa?” tanya Desica curiga.
“Gapapa darl, lagi males aja hehe.” Ern memaksakan tersenyum.
Ern memang belum memberitahukan semuanya pada Desica, sahabatnya sendiri. Ern dipindahkan karena alasan yang sangat irasional. Selain karena Ern ketahuan berpacaran, orang tua Ern juga tidak bisa jauh dari Ern, anak perempuan satu-satunya. Keluarga Ern selalu menganggap Ern sebagai bocah kecil yang belum seharusnya tinggal jauh dari sang orang tua. Namun berbeda dengan pendapat Ern.Ern merasa ia sudah dapat mengatasi semuanya. Ia sudah besar, ia tahu mana yang benar dan salah. Ern juga mempunyai kakak angkat yang selalu mengajarkan kebenaran, Kak Lafi. Kak Lafi adalah teman sekamar Ern yang sudah dianggap kakak oleh Ern. Bagi Ern, Kak Lafi adalah suri tauladan, sahabat, kakak, juga keluarga keduanya.
Bel istirahat berbunyi, biasanya Ern dan Desica langsung lari menuju kantin membeli roti isi cokelat dan choki choki sekaligus minuman mineral. Namun kali ini berbeda. Setelah pindah kelas, Ern lebih memilih diam di kelsa dan lebih mendekatkan diri dengan anak-anak kelas. Ya, sekolah Ern menerapkan sistem moving class. Ern membaur dengan anak kelas. Itu membuat salah satu teman Ern, Dian heran. Dian bertanya pada Ern mengapa sikap Ern begitu berbeda hari ini. Ern ingin memberitahukan semuanya, tetapi tiba-tiba mama Ern menelfon Ern untuk segera ke ruang BK. Lalu Ern menuju ruang BK di lantai dua. Ern menitipkan tas Ern pada Desica. Ern bermaksud agar setelah dipanggil di ruang BK, ia masih dapat mengikuti pelajaran “terakhir” bukan langsung pulang.
Di ruang BK, Ern melihat mama dengan cemas. Ern terus berdoa dalam hati agar kepindahannya di gagalkan. Ern mendekati sang mama yang sudah berhadapan dengan guru BK kelas X, Ibu Siti. Ibu Siti mempersilahkan Ern masuk setelah Ern mengucap salam. Ern duduk di sebelah sang mama. Obrolanpun dimulai dengan pertanyaan dari Ibu Siti.
“Ern, kenapa pengen pindah? Ern ada masalah sama temen Ern?” Tanya Ibu Siti lembut. Ern langsung teringat. ‘De, besok kalo ditanya kenapa pindah bilang kamu yang pengen ya. Biar gampang pindahnya.’ Ucapan tersebut membayangi Ern.
“Kalo ada masalah sama temen, cerita aja. Biar diselesein. Tapi penyelesaiannya bukan dengan Ern pindah juga kan.” Ujar Bu Siti bijaksana. Ern tersadar dari lamunannya.
“Engga Bu. Ern pengen pindah aja. Temen-temen Ern baik semua. Ern suka mereka. Mereka juga pada sayang sama Ern. Banyak yang ngedukung Ern. Banyak kakak kelas yang akrab dan sayang sama Ern. Ern ga ada masalah sama sekali sama mereka Bu.” Ucap Ern, suaranya mulai menggetar. Ern melihat ke arah mama. Bu Siti seperti mengetahui sesuatu.
“Ern pindah bukan karena mama kan? Jangan-jangan Ern disuruh mama pindah. Disini Ern nyaman kan?” tanya Bu Siti. ‘Nyaman banget, Bu. Ern ga mau pindah. Ern sayang sama temen-temen Ern. Ern sayang sama Dewa. Ern betah banget disini. Ern pengen disini. Ern suka sama apa yang sekarang dihadapan Ern. Disini Ern sangat dihargai, Bu. Ern senang. Beda sama waktu di sana, Bu. Ern ga mau pindah Bu. Ern ga mau jatuh lagi. Ern udah nyaman Bu. Tuhan, bantu Ern. Jangan pindahin Ern. Ern mohon Tuhan’ batin Ern.
“Engga. Ern kan yang minta pindah. Ya kan sayang?” mama Ern menjawab.
“Bukan gitu, Bu. Kadang kalo kita  memaksakan kehendak anak, anak akan depresi dan mempengaruhi kehidupannya loh, Bu.” Terang Bu Siti ‘Iya bener banget. Ayo Bu Siti, bantu Ern, Bu.’ Lagi-lagi hanya batin yang bicara. Ern hanya bisa memandang kedua wanita paruh baya tersebut.
“Nilai- nilai Ern gimana? Ada yang sulit? Kalo pindah Ern mau kemana?” Bu Siti menyentuh pundah Ern dengan lembut. Ern langsung merasa seperti tersengat aliran listrik seribu volt. Bukan seribu. Beribu-ribu volt. Muka Ern sudah memanas. Lagi-lagi ibu yang melahirkan Ern ke dunia fana ini yang menjawab.
“Nilai Ern bagus-bagus. Kemaren dia ngomong kalo nilainya mulai meningkat. Kalo pindah di kotanya udah ada yang mau nerima. SMA X.” Kata mama. Ern hanya mengehela nafas. Bu Siti mulai memperlihatkan wajah prihatin ke arah Ern. Muka Ern nampak mulai memerah. Ern tak kuasa mendengar semuanya.
“Di SMA X juga SBI? Kalo disini kan sudah SBI, lulusannya bisa terjamin. Ern nantinya juga bisa menyesuaikan kemana dia masuk ke perguruan tinggi. Lebih bisa menyesuaikan.” Tanya Bu Siti.
“Iya. Sudah SBI. Kakaknya Ern juga lulusan SMA X, dia sekarang keterima di STAN.” Jawab mama Ern. ‘Ya Tuhan. Ern ingin ikut pelajaran lagi. Ern masih pengen sama temen-temen Ern.’
“Ya sudah kalau begitu, Ibu sekarang ke ruang kepala sekolah aja. Ngomong sama Kepala Sekolah langsung saja. Saya disini hanya membantu memecahkan masalah. Kalau ternyata kemauan Ern sudah bulat ingin pindah, ya mau bagaimana lagi.” Bu Siti menyerah. ‘Tuhaaaaan. Bagaimana Tuhan? Engkau tidak akan membantu makhluk-Mu kah?’ hati Ern menangis.
Ern keluar dari ruangan Bu Siti. Di ruang tunggu, Ern bertemu dengan Edo. Kakak alumni, juga salah satu anggota Pasukan Inti –Ern juga mengikuti extra tersebut-. Edo memang sudah dekat dengan keluarga Ern karena orang tua Ern mengerti bahwa Edo sangat baik terhadap putrinya.
“Eh, Edo. Tau kah kalo Ern mau pindah?” tanya mama Ern.
“Iya tante. Kenapa harus pindah tan? Kan sayang. Ern udah klop banget sama temen-temennya loh tant.” Ucap Edo. ‘ayo Kak Edo. Bujuk mama. Tolongin aku biar ga pindah. Tolong Kak Edo. Tuhan, apakah Kau menunjuk Kak Edo untuk menolongku kali ini?’ gumam Ern dalam hati.
Ern, sang mama dan Edo berjalan menuju Kantor KepSek. Ditengah jalan, Ern meminta pada bundanya agar ia masuk kelas, sedang mama mengurus kepindahannya. Mama Ern mengiyakan. Ern di antar mama dan Edo menuju ruang fisika. Ern membuka pintu kelas. Tak disangka, ternyata Ern membuka pintu yang salah. Ia membuka pintu kelas dua belas IPA.
Ern masuk didalam kelas fisika tersebut. Desica langsung memanggil nama Ern. Ern menghampiri Desica dan memeluk Desica. Tas Ern sudah dibawakan pula. Tiba-tiba guru fisika Ern, yang notabene adalah saudara sepupu Ern berkata, “Kamu tega Ern, ninggalin temen-temen kamu?” Ern hanya tersenyum pada pada guru fisika, Pak Won. “Nanti sekretaris kamu jadi pengangguran loh.” Sambung Pak Won. Memang telah menjadi kebiasaan Ern dan Desica. Jika salah satu dari mereka tidak membawa buku catatan, maka salah satu dari mereka akan menulis dibuku lainnya. Waktu itu Desica tidak membawa buku catatan fisika, maka Desica mencatat pelajaran pada buku Ern. Begitu juga sebaliknya, dulu, ketika Ern tidak membawa buku bahasa indonesia, maka Ern mencatat pelajaran bahasa indonesia di buku milik Desica.
“Ern, kamu tega ninggalin kita-kita? Nanti yang jadi sekretaris siapa coba?” celetuk Hilmy dari belakang kelas. Ern mengikuti pelajaran tetapi tidak satupun dari pelajaran yang dapat ia terima.
Beberapa menit kemudian, handphone Ern bergetar. Sebuah pesan singkat masuk. Ternyata dari salah satu kakak kelas Ern, Kak Raras. Dia memberitahukan agar Pasukan Inti nanti sepulang sekolah jangan langsung pulang, melainkan berkumpul sebentar di lapangan. Ern sudah berfirasat. Ia ingin menangis saat itu juga. Ern melihat kehadapan Desica. Ternyata dia tahu. Ia langsung memeluk Ern.

Sunday, April 14, 2013

Kemenangan Cinta



Cinta yang putih dan hijau di samping
danau, dan kemenangan cinta
yang membanggakan di menara atau
balkon; Cinta di kebun atau di padang
pasir; Cinta adalah tuan dan majikan kita.
Cinta bukan kehancuran tubuh,
ataupun puing harapan
ketika harapan dan diri bergulat;
Ataupun daging yang membawa lengan
melawan roh.
Cinta tidak memberontak.
Cinta hanya meninggalkan jalan kelam
takdir lama menuju belukar suci,
untuk menyanyi dan menarikan
rahasianya kepada keabadian.
Cinta adalah masa muda dengan rantai
yang putus, manusia dibebaskan dari
lumpur,dan wanita dihangatkan api
dan bersinar dengan cahaya dari surga
yang lebih dalam daripada surga kita.
Cinta adalah tawa dalam roh yang jauh.
Cinta adalah hinaan liar yang
mengusirmu dari bangunmu.
Cinta adalah fajar baru di dunia,
siang yang belum digapai di matamu
atau mataku, namun telah mencapai
jantungnya sendiri.
Khalil Gilbran

Monday, April 8, 2013

Sekarang dan dulu, berbeda

Sekarang, aku mengenal seorang lelaki
Tentunya lelaki yang berbeda
Lelaki ini mempunyai sesuatu yang tak dimiliki oleh lelaki lelaki lain di dunia ini
Lelaki ini memiliki kharisma
Lelaki ini memiliki pembawaan yang teduh
Bak hujan, jika berada disampingnya takkan terkena hujan
Lelaki ini mempunyai tanggung jawab yang patut diacungi sepuluh ibu jari
Lelaki ini yang biasanya kusebut “beruang”
Dulu, kita hanya mengenal sebatas nama
Dulu, kita hanya bertegur sapa biasa
Dulu, kita hanya tersenyum tak sampai hati
Pepatah berkata, dulu dan sekarang pastilah berbeda
Sekarang bagai semunya berbalik
Sekarang beruang itu sangat dekat denganku
Sekarang, beruang tersebutlah yang selalu mengisi hari-hariku
Sekarang, beruang ini yang membuatku tersenyum pada semua
Sekarang, beruang inilah yang membuat hidupku terasa kembali hidup
Sekarang, dialah yang menjadi satu bintang terang diantara jutaan bintang lainnya
Bila ada sorang yang bertanya “apakah kau bahagia dengannya?”
Ya., pastilah jawaban itu yang akan kulontarkan
Pastilah jawaban itu yang sontak akan keluar tanpa harus bertanya lagi pada bapak otak
Namun diantara kebahagiaan itu, ada sedikit rasa gundah
Gundah karena siapa aku dimatamu?
Karena kusadar, tidak ada ikatan yang jelas antara kita