Ern
tak mengerti. Ia bertanya dalam hati. Mungkinkah Dewa mengajaknya untuk
balikan? Beberapa hari berlalu, Ern memberanikan diri untuk bertanya. Ia
berharap semoga jawaban Dewa takkan mengecewaka hati Ern.
Tak
lama setelah Ern bertanya, Dewa menjawab. Seperti teka-teki, Dewa membalas “mau atau engga” hanya itu. Dengan hati
yang berbunga, Ern menjawab “mau”. Namun
karena Ern membalas beberapa hari kemudian, mungkin Dewa berubah niat. Selang
beberapa hari, Dewa membalas “aku
pikir-pikir dulu”. Ern terkejut. Apa maksud Dewa? Apakah benar sudah ada
perempuan lain di hati Dewa?
Ern
berada dalam situasi yang menggantungkan. Ia masih menyayangi Dewa, namun Dewa
masih harus berfikir tentang niatan kembali pada dekapan Ern. Ern terus
menunggu dan menunggu. Sementara di sekolah baru Ern, ada beberapa lelaki yang
mendekati Ern. Mengetahui Ern terlepas dari Dewa, para lelaki itu semakin
gencar mendekati Ern. Salah satunya bernama Antonius. Antonius terus mendekati
hingga menyatakan cintanya pada Ern. Namun Ern tolak karena ia masih kekeuh,
menunggu Dewa.
Tak
disangka, ketika Ern melihat-lihat sosial media milik Dewa, Dewa sedang
berkomentar dengan temannya. Sangat akrab. Sebut saja perempuan itu bernama
Agsa. Bak terjatuh, Ern ingin menjerit sekeras-kerasnya. Ia menutup laptopnya
dan membanting buku yang ada disebelahnya. Ia merasa Dewa membuat semua
harapannya pupus. Tak menunggu beberapa bulan, Dewa sudah menjalin cinta
barunya dengan Agsa. Karena kesal, Ern mengirim pesan kepada Dewa. Apa maksud
semua ini. Dengan gamblang, Dewa menjelaskan semuanya. Ia ingin memulai hidup
baru. Tak tanggung-tanggung, Dewa membubuhi kalimat yang sangat berharga di
akhir balasannya. “kalo kamu mau, nunggu
aku mau?” ya. Masih terekam jelas kata itu di benak Ern sampai saat ini.
Tanpa berfikir panjang, Ern membalas “oke
aku tunggu kakak.” Mulai saat itu, Ern menutup hatinya untuk semua
laki-laki. Ia tak akan bermain terlalu dekat dengan lelaki. Ia akan teguh pada
pendiriannya. Menunggu Dewa.
Selama
ia menunggu, Ern masih sering berkomunikasi dengan Dewa. Ern menganggap Dewa
adalah sahabatnya. Walau ia masih menuggu Dewa, namun ia tak ingin mengubah
sikap Dewa. Ern ingin selalu dekat dengan Dewa.
Semua
manusia akan mengalami dimana titik jenuh itu berada. Mungkin Dewa sudah jenuh.
Ern masih sering mengeluh, bercerita, dan sebagainya. Mungkin Dewa jenuh dengan
semua tentang Ern. Mungkin benar Dewa akan tetap selamanya dengan Agsa. Sampai
pada akhirnya, Dewa mengirim pesan pada Ern. “Kakak mau ngomong sesuatu sama kamu.” Pesan dari Dewa.
“Apaan kak?” tanya Ern penasaran. Mungkinkah ini
saatnya? Saatnya merebut kembali hati Dewa? Harap Ern.
“Kakak pengen kamu ga ngehubungin
kakak lagi. Kamu tau kan apa sebabnya? Kamu masih punya temen disana selain
kakak. Kamu masih punya Desica, Firmanila, Alethea dan lainnnya buat kamu
curhat. Disana pasti bakal ada yang sreg buat kamu.”
Seketika,
Ern tak dapat berkata apapun. Hati Ern bak porselen yang dibom. Hancur
berkeping-keping. Emosipun menjalar. Ern membalas.
“Kenapa? Apa alasannya? Jadi tawaran
kakak hangus gitu aja? Maksud kakak giniin aku apa?”
Beberapa
detik kemudian Dewa membalas.
“Kamu pasti tau apa alasannya. Tawaran
apa?” jawab
Dewa serasa ia tak mempunyai dosa.
“Aku ga tau. Tawaran kakak. Aku bakal
nunggu sampe kakak udah ga sama Kak Agsa. Sampe itu kita bakal balikan. Apa itu
cuman php?”
balas Ern.
“Oke, aku udah punya hati yang harus aku
jaga. Kamu tau kan? Ga ada yang namanya php, yang ada kegeeran.” Balasan
Dewa berhasil menusuk tepat pada jantung Ern. Seketika tubuh Ern lemas. Ia tak
tahu harus berbuat apa. Mungkin kini di mata Dewa, Ern hanyalah sampah, masa
lalu, atau lebih parahnya perempuan rendahan. Menunggu dan tak punya malu.
Mulai
saat itu, Ern bertahan mencoba tak menghubungi Dewa lagi. Ia malu. Dan masih
sama, Ern masih menutup hatinya rapat-rapat. Bukan untuk menunggu Dewa, karena
di benak Ern, tak ada lelaki sebaik Dewa. Percuma membuka hati jika lelaki
bajingan yang didapat.
Hari
demi hari dijalani Ern dengan hambar. Teman-teman baru Ern selalu bertanya,
namun Ern pandai berbohong, ia menipu pada semua orang kalau ia baik-baik saja.
Padahal sudah ada beribu-ribu luka jahit di hatinya.
Hampir
setiap malam ia membuka laptopnya dan mendengarkan lagu-lagu kenangan yang
telah ia ukir denga Dewa. Ern masih meletakan bangau birunya di meja
belajarnya. Ia masih sering mengingat saat Dewa menulis di sayap bangau
tersebut. Setiap ia pergi ke kota Dewa, Ern selalu teringat rute perjalanan dan
apa saja yang telah ia lakukan dengan Dewa. Dewa Dewa Dewa. Ya, Dewalah yang
membuat Ern gila. Satu perjalanan yang membuat Ern tersenyum hingga sekarang
jika ia meningatnya. Perjalanan menuju pantai, lampu merah, dan Dewa
mengucapkan kata I Love You pada Ern.
Perjalanan pulang dari pantai, Dewa menjaga Ern dari kegelapan. Perjalanan menuju
bukit, Dewa mengatakan I Love You,
dan perjalanan pulang dari bukit, Dewa terus menerus menggenggam tangan Ern.
Sungguh, Dewa, you’ve make me crazy, batin Ern.
Bumi
terus berotasi, hari berlalu, Ern belajar banyak hal. Tuhan pernah mengatakan,
semua yang ada didirimu sekarang hanyalah pinjaman yang suatu hari nanti harus
dikembaikan. Entah, Ern mulai berfikir, Dewa mungkin malaikat yang dipinjamkan
pada Ern, dan kini waktunya merelakan Dewa kepada Agsa. Tugas Dewa sebagai
malaikat penjaga Ern sudah selesai. Masih ada manusia-manusia yang harus dijaga
oleh malaikat itu. Agsa. Ern hanya berdoa semoga Dewa bahagia bersama Agsa,
kadang cinta itu harus menghilangkan ego. Melihat orang yang kita cinta bahagia
merupakan suatu kepuasan tersendiri. Walaupun berat dilakukan, Ern mencoba
sedikit demi sedikit untuk melakukannya. Walaupun sepasang bangau kini telah
menjadi seekor bangau, namun Ern yakin, bangau-bangau tersebut akan mendapatkan
danau yang sangat indah. Ern yakin, bangau biru yang ada dimejanya akan sangat
bahagia tanpa bangau merah. Ern yakin, ini adalah jalan yang tebaik. Ern tau
pasti, Tuhan mempunyai rencana yang sangat indah yang akan diberikan pada waktu
yang tepat.
Terimakasih untuk Dewa
yang telah menjadi malaikatku, menjadi bangau terindahku, menjadikanku patuh
terhadap agama, menjadi motivasiku, menjadi pengalamanku, menjadi satu diantara
lembaran terpenting dalam buku kehidupanku...