Saturday, February 23, 2013

Pahlawanku



Hei pahlawanku, penyelamat jiwa ini. Apa kabar?. Aku harap kau baik saja, lebih dari sekedar baik. Masih ingat dengan panggilan ‘nyet’ ? Itu yang selalu kau ucapkan ketika kau memanggil namaku. Dan kau ingat dengan sebutan ‘cil’ ? Itu yang selalu kuucapkan untuk memanggil namamu. Aku merindukan momen-momen indah saat bersamamu. Aku rindu dengan semua kenakalan yang kita lakukan. Aku rindu dengan semua hal yang telah kita buat. Enambelas tahun kau menjagaku. Enam belas tahun kau mengajariku hal-hal yang indah. Enam belas tahun kau menjadi pahlawan terhebatku. Maaf jika selama ini aku menjadi badung. Maaf jika selama ini aku tak ada untukmu. Maaf jika selama ini kau anggap aku tak lagi ada disampingmu. Maaf, aku terlalu sibuk dengan urusanku sendiri. Hei pahlawan superku. Apa kau tahu bagaimana rasanya punya pahlawan sepertimu? Jujur, sungguh membanggakan. Inginku, tiap hari kau antar aku kesekolah. Inginku, tiap hari kau jemputku. inginku, tiap hari kita bersama. Ingat saat kita bermain di selokan?. Ingat ketika kita bermain merangkak dan merayap ala tentara? Saat itu kita membuat tali jebakan dari pita kaset yang telah rusak. Ingat ketika kita bermain air di jalanan samping rumah? Kita basah kuyup. Kita gotong ember dari sisi satu ke sisi lainnya. Kita saling berkejaran. Hei pahlawanku. Apa kau juga masih ingat ketika kita masih duduk di bangku dasar? Saat itu aku kelas satu dan aku salah jadwal, seharusnya aku libur. Tapi untung kamu menyuruhku masuk kelas bersamamu, di kelas lima. Ada cerita lagi, masih sama di tingkat dasar. Waktu itu aku olahraga dan menghabiskan seluruh uang sakuku. Tak seorangpun menjemputku. Akhirnya aku menunggumu di tukang baso depan sekolah. Lumayan lama, tapi aku masih menunggumu. Akhirnya pahlawanku keluar sekolah. Dan langsung kuhampiri. Tapi sial kita, uang sakumu juga habis. Terpaksa kita jalan berdua sampai rumah. Kita menyusuri jalan yang masih asing bagiku. Melewati rumah padat penduduk, dan menyusuri kali. Taukah kau pahlawanku? Aku tak merasakan lelah, hanya senyum yang mengembang sepanjang jalan. Aku bangga padamu. Ingat waktu pertama kali kau bisa mengendarai motor? Kau memboncengkan aku. Dan dengan bangga kau bawa aku keliling kompleks. Ah, iya! Apa kau ingat sewaktu di sekolah dasar, tepatnya di kantin. Aku membeli jajanan dan aku menjatuhkannya. Ketika ada orang yang ingin mengambil, kau langsung berkata “punya ade aku itu!” dan aku sadar, kau benar-benar pahlawanku. Hai pahlawanku. Aku sadar aku belum melakukan apapun untukmu. Kau menjadi pahlawanku sedang aku hanya menjadi bebanmu.
            Pahlawanku, aku benar-benar merindukan kehidupan lama kita. Entah mengapa aku benar-benar muak dengan hidupku yang sekarang. Entah karena apa, emosiku sulit untuk diatur. Mungkin itu juga yang menyebabkan suasana di langit kita panas. Mungkin itu juga yang menyebabkan hubungan kita merenggang. Jujur cil, aku iri dengan kekerabatan orang lain yang sangat harmonis, bisa dibilang romantis. Tapi aku selalu berfikir, masa kecil kita lebih romantis daripada mereka. Tapi semakin lama, hati ini tak tahan melihat mereka semua, aku rindu kebersamaan kita.
            Perkara bodoh tentang orang tua. Aku tahu sekarang kau sedikit goyah dengan kehidupanmu. Aku tahu kau mulai tertekan. Aku tahu kau butuhkan seseorang. Aku akan menjadi psikolog untukmu, pahlawanku. Aku akan menjadi pelayanmu, aku janji aku akan bahagiakanmu. Perkara setan tentang semua orang sekitar. Jujur aku lebih nyaman bersamamu ketimbang mereka semua. Kita telah ditakdirkan untuk bersatu. Punyai ikatan batin yang kuat. Punyai rasa memiliki yang utuh.
            Pahlawanku, ingkatkah sewaktu sekolah menengahku berada di Yogyakarta? Kau mengunjungiku dan membelikanku makanan kotak. mungkin bagi orang lain ini biasa, tapi menurutku itu adalah tanda care yang kau berikan. Pahlawanku, ingatkah saat kunjunganmu yang ke sekian kali, dan kau mengantarku membeli peratalan tulis? kau benar-benar terlihat seperti pelindungku. Kita berbincang lama dan tujuan kita berakhir di nasi goreng Yacaranda. aku ingat sekali tempat itu. kita makan lesehan dimalam penuh bintang. kita mengobrol banyak hal. aku senang.
            Pahlawanku, ingatkah sewakt aku sudah pindah ke tempatku sekarang, kau mengajakku membeli siomay didepan pengadilan agama. Awalnya aku berjanji jika kau menjemputku, aku yang bakal teraktir siomay itu. tapi ketika aku belum selesai makan, kau sudah membayarkan. Terimakasih pahlawan tercintaku.
            Sampai sekarang, semua kenangan itu masih terekam jelas dalam memoarku. Aku berjanji akan selalu mencintaimu, Pahlawanku. Aku ingin kau tahu suatu hal, bahwa aku sangat menyayangimu, mencintaimu, mengagumimu, dan kau adalah tauladanku. Terimakasih pahlawanku, telah menjaga aku sampai sekarang, bahkan mungkin sampai aku mati. Mulai sekarang aku akan menjadi adik dambaan. Mulai sekarang aku akan terus menyuportmu. Apapun hal yang terbaik bagimu, akan kuperjuangkan. Terimakasih pahlawanku, pelindungku, kakak terkasihku. Aku menyayangimu, Willy Rizal Briyanto :*

                                                                                                                

No comments:

Post a Comment