Jam
pelajaran telah usai. Semua membubarkan diri. Ern tak sempat mengucap kata
perpisahan karena anak-anak sudah membaur keluar kelas. Hanya beberapa yang
sempat Ern berikan salam terakhir.
Ern,
Desica, Firmanila dan Alethea berjalan menuju lapangan. Ya, mereka adalah
sahabat yang juga mengikuti extra yang sama, Pasukan Inti.
Ern
melihat anak-anak pasukan yang sudah berkumpul disana. Ada Dini yang langsung
memeluk Ern. Ern langsung meneteskan air matanya. Dini langsung menghibur.
“Ih
apaan sih lu Ern. Lu ultah yaaa? Terus dikasih kejutan tuuuh hahaa. Ayo ketawa
Ern.” Ucap Dini.
“Iye
gue ultah dan gue ga bakal balik sini lagi Din haha.” Ucap Ern mencoba
menghibur diri. Ern melihat sekeliling, ia tak menemukan dimana Dewa.
“Ayo
baris berbanjar. Pasukan putri, putra 27, kumpul.” Perintah Kak Edo merapikan
barisan.
“Eeeh
gue mau deketan sama Ern.” Kata Dini sambil pindah tempat. Begitupun dengan
Desica.
“Disini,
ada yang mau ngomong sesuatu ke kalian.” Kata Edo sambil melirik ke arah Ern.
Ern pura-pura tak mengetahui. Anak-anak mulai gusur.
“Aiih
ayo kaaak. Laper nih. Mau pulang. Cepetan kaak.” Kata salah satu dari pasukan.
“Ayo,
Ern maju sini.” Panggil Edo.
“Hah?
Kenapa Kak?Ogah ah.” Jawab Ern enggan.
“Ayo
cepetan Ern, kenapaaa?” kata bocah yang rusuh ingin mengisi perutnya.
Akhirnya
Ern maju. Ern masih melihat sekeliling. Ia tetap mencari Dewa. Seperti
mengetahui, Edo berusaha menenangkan Ern.
“Udah,
ngomong dulu, nanti Kakak hubungin Dewa okay?” kata Edo.
“Dih
harus ngomong apa kak?” tanya Ern.
“Udah
apa aja. Nyanyi juga boleh.” Kata Edo.
“Ehem.
Okay guys. Disini gue mau ngomong sesuatu sama kalian.” Kata Ern membuka. Ern
duduk di depan pasukan.
“Gue
bakalan pindah sekolah.” Anak-anak langsung bergumam.
“Iya
gue serius. Gue bakal pindah ke kota yang mungkin kalian ga tau. Gue mau minta
maaf aja. Gue tau gue banyak salah sama kalian. Gue juga mau ngomong makasih.
Selama kalian jadi keluarga gue, kalian udah ngajarin gue apa itu arti
kekompakan, arti kerja sama, arti bersusah-susah bareng. Dan bareng kalian gue
ngerti arti persahabatan. Gue mohon sama kalian, jayain Pasukan Inti. Jangan
sampe ade-ade kelas kita ga ngerasain adanya Pasukan Inti. Tetep semangat untuk
ngeraih piala juara pertama. Tapi yang jelas tujuan kita dipasti bukan sekedar
piala. Tapi kekeluargaan kita.” Ern mulai meneteskan air matanya. Namun Ern
tetap mencari Dewa. Seakan mengerti, Raras mengatakan bahwa ia akan menghubungi
Dewa. Makin banyak kakak kelas yang datang, menyaksikan perpisahan Ern.
“Ern,
emang lo pindah kemana?” tanya Radith, tetangga kelas Ern.
“Lo
ga bakal tau J “ jawab Ern.
“Okay
guys, karena jam udah sore, gue akhirin pidato gue. Untuk yang terakhir, PASTI,
JAYA! JAYA PASTI!” Ern kembali ke barisan. Dan Edo menggantikan posisi Ern
didepan.
“Inget
satu hal lagi, Ern, temen-temen semua, Kita dan Ern bukan berpisah. Kita masih
satu keluarga, tapi cuman kepisah jarak. Dan Ern, sering-sering main kesini
yaaa.” Kata Edo.
Semua
bubar. Masih ada beberapa yang bergiliran memeluk Ern. Ern mengangis tersedu.
Namun Dewa belum juga datang. Ahmed, kakak kelas Ern juga mencoba menghubungi
Dewa. Sementara itu, anak kelas Ern berfoto dengan Ern. Ada Fauzy, Putri Dian, Lala,
Desica, Sanamira, Arya, dan yang lainnya.
Beberapa
menit kemudian, Edo mengatakan bahwa Dewa sedang mengerjakan tugas dirumah
teman Dewa. Ern mengerti. Ern meminta tolong pada Edo agar menyampaikan, jika
Dewa tidak bisa bertemu, tidak apa. Namun Edo berkata tidak. Dewa pasti mau
meluangkan waktunya. Sekali lagi, Ern meneteskan beberapa air matanya.
Saat
yang ditunggu tiba. Dewa datang bak pangeran berkuda putih dimata Ern. Muka
Dewa nampak gugup. Ern tersenyum ke arah Dewa. Dewa turun dari motor merahnya.
“Udah
lama?” tanya Dewa.
“Engga.
Baru aja ko. Dari mana Dear?”
“Rumah
temen. Kamu bener mau pindah?” tanya Dewa yang nafasnya masih memburu.
“Iya.
Kakak jangan nakal yaa. Jangan marah-marah terus hehe.” Ujar Ern.
“Yaelah
emangnya kakak anak kecil masih nakal-nakal gitu.” Kata Dewa.
Ern
dan Dewa berdiri dibawah pohon yang sangat sejuk.
“Maafin
aku kalo ada salah kak.” Kata Ern, menangis.
“Iya
gapapa. Ga ada makhluk Tuhan yang sempurna.” Menyodorkan tissue.
“Ya
ampun kakak bawaannya tissue?” Ern menghibur diri.
“Hehehe
kakak kan orangnya bersih.” Jawab Dewa.
Waktu
terasa berhenti. Ya, Ern menginginkan waktu berhenti berputar. Ia ingin lebih
lama bersama Dewa.
“Eeeern.
Mama kamu nelfon nih.” Kata Desica. Handphone Ern memang dibawa Desica
sedaritadi.
“Bilang
apa gitu kek. Bentar lagi.” Pinta Ern.
“Kak,
Ern punya sesuatu buat kakak.” Kata Ern sembari mengeluarkan benda mungil dari
tasnya.
Sepasang
bangau kertas yang Ern buat semalam. Biru dan merah. Sesuai dengan warna
kesukaan Ern dan Dewa. Ern memberikan bangau kertas biru kepada Dewa.
“Kakak,
tandatangan disini yaa.” Pinta Ern.
Lalu
mereka bertukar bangau kertas. Ern mendapatkan bangau kertas biru yang sudah
dibubuhi tandatangan Dewa serta ucapan “I LOVE ERN”, dan Dewa mendapat bangau
kertas berwarna merah yang telah tertulis “LOVE YOU MY DEAR” dan tanda tangan
Ern.
Jam
menunjukan pukul setengah lima sore. Karena takut dimarah, Ern pamit. Semua mengucap
goodbye pada Ern. Termasuk Dewa. Dewa mengantarkan Ern sampai gerbang sekolah.
“Hati-hati
yaa. I love you.” Kata Dewa.
“Iya
sayang. Kakak juga hati-hati. Love you too.” Ern tersenyum melepas kepergian
Dewa.
Didepan
kost, mobil mama sudah penuh sesak oleh barang-barang Ern. Ern tak menyangka
bakal secepat itu kepindahannya.
Sepanjang
perjalanan, Ern melihat galeri foto di handphonnya. Sontak, Ern tertawa kecil.
Ia menemukan foto dirinya dengan Dewa dan tanpa sadar kamera. Ada beberapa foto
yang disukai Ern. Ketika Ern dan Dewa tersenyum dan saling menghadap. Ern
langsung menjadikan foto tersebut wallpaper
handphone-nya.
Dahulu,
tepatnya tanggal sebelas November 2011, Dewa dan Ern memulai kisah kasih
mereka. Hampir setiap malam Dewa dan Ern berbincang via telefon. Suatu ketika,
saat Dewa menelfon Ern, sengaja Ern menyetel lagu favoritnya, “Me and My Boyfriend” dari Mocca. Disitu
terdapat lirik I’ve got a boyfriend now he’s
my dearest pal he’ll always catch me when I fall he’s always there when I call.
“Itu
lagu judulnya apa?” tanya Dewa.
“Me
and my boyfriend. Kenapa gitu?”
“Hehe
itu jadiin lagu kita yaa hehe.” Kata Dewa kemudian. Dan semenjak itu, lagu
tersebut bak lagu wajib yang mereka setel setiap saat.
Ern
tahu kebiasaan Dewa setiap pagi, Dewa selalu mendengarkan mp3 player. Maka
dengan iseng, Ern selalu bertanya apa lagu kesukaan Dewa saat ini.
“Kak
Dew, lagu kesukaan kakak apaan?” tanya Ern di seberang telfon.
“Hmm
apaan ya? She Had The World” kata Dewa.
“Lagunya
siapa?” Ern mulai kepo.
“Panic! At The Disco, sayang. Hehe. Eh,
tau ga?” tanya Dewa.
“Apaan?”
“Aku
sayang kamu. Hehehe.” Ungkap Dewa. Bak
melayang, Ern tersenyum, tersipu, dan sangat senang hatinya.
“Aku
juga sayang kakak, hehe.” Balas Ern.
Setelah
percakapan ditutup, Ern langsung browsing internet mencari lagu tersebut. Lalu
ia dengarkan sampai fajar terbit.
Beberapa
malam selanjutnya, giliran Ern yang menelfon Dewa.
“Halo”
kata Ern.
“Salamnya
mana?” Dewa mengingatkan.
“Ehehe.
Assalamualaikuuum.” Ern mematuhi memakai salam.
“Nah
gitu, baru pacar kakak. Lagi apa?”
“Dih
bisa aja deh hehe. Lagi duduk. Kangen nih. Kakak lagi apa?” tanya Ern.
“Sama.
Lagi kangen banget sama kamu hehe.”
“Gimana
kabar pasukan inti?” tanya Ern.
“Ya
gituu.” Jawab Dew malas.
“Kenapa?
Eh kak, lagu kesukaan kakak sekarang apa?” seperti biasa, Ern bertanya tentang
lagu.
“Hmm
itu lagi ya. Apaan yaa? Lagu fix you dari
Coldplay.” Jawab Dewa.
Seperti
biasa, Ern langsung me-download lagu tersebut dan ia dengarkan sepanjang hari. Sampai
saat ini, sudah terkumpul banyak lagu. Diantaranya She had the world, Me and my boyfriend, wind of change, you’re still
the one, fix you, dan somebody that i
used to know dari Gotye.
Hari-hari
mereka jalani dengan penuh kasih sayang. Sampai suatu ketika, saat Ern sedang
bermain sosial media dengan Dewa, Bunda Ern tak sengaja membaca percakapan
antara mereka berdua. Ya, Bunda Ern tidak pernah memperbolehkan Ern untuk
pacaran. Dan saat itu juga, Bunda Ern naik pitam.
“Ern,
siapa itu Dewa?” bentak Bunda.
“Ha?
Temen Bun. Kenapa?” jawab Ern gelagapan. Ini sudah kesekian kalinya Ern membuat
alasan. Namun kali ini nada bicara Ern sudah tidak seperti biasanya. Ern
gelagapan.
“Bohong!
Bunda lihat kamu sayang-sayangan sama dia.” Bunda membentak, Ern terlonjak
kaget.
“Dewa
emang gitu, Bun. Dia kalo canda memang begitu.” Ern mengelak.
“Bohong.
Putusin sekarang!” teriak Bunda tepat dihadapan Ern.
Ern
tidak bisa berkata-kata. Disaksikan Bunda, Ern mengetik pada sosial media
tersebut.
“Kak, aku kira sampai disini aja hubungan
kita. Aku ga mau kita terlalu jauh melangkah.”
Send.
Dengan
kilat, Dewa membalas.
“Kenapa memang? Kita lagi ga ada masalah juga
kan?”
Hati
Ern hancur. Mata Ern mulai panas. Tapi ia harus membendungnya.
“Its about a time dear.”
Dan,
berakhirlah hubungan mereka. Handphone Ern disita oleh bunda selama kurang
lebih seminggu.
Seminggu
setelahnya, Ern mencoba menghubungi Dewa. Namun tidak ada respon. Ern
sebenarnya ingin meberitahukan segalanya. Namun terlambat. Mungkin Dewa sudah
terlalu kesal pada Ern yang memutuskannya tiba-tiba.
Setiap
hari Ern mencoba merangkai kata-kata. Pastinya kata-kata untuk meminta maaf
pada Dewa dan memberitahunya.
Beberapa
hari kemudian, Ern berhasil menghubungi Dewa. Namun Dewa sudah menjadi dingin.
Dewa sudah menganggap Ern adalah orang lain. Ern terluka.
Tak
disangka, ketika Ern membuka sosial media tersebut, Dewa mengirimkan pesan. Dewa mengirim kembali pesan yang pernah Ern
berikan.
“Its all about time dear”
No comments:
Post a Comment