Saturday, April 27, 2013

Bangau Merah dan Bangau Biru (part2)


Jam pelajaran telah usai. Semua membubarkan diri. Ern tak sempat mengucap kata perpisahan karena anak-anak sudah membaur keluar kelas. Hanya beberapa yang sempat Ern berikan salam terakhir.
Ern, Desica, Firmanila dan Alethea berjalan menuju lapangan. Ya, mereka adalah sahabat yang juga mengikuti extra yang sama, Pasukan Inti.
Ern melihat anak-anak pasukan yang sudah berkumpul disana. Ada Dini yang langsung memeluk Ern. Ern langsung meneteskan air matanya. Dini langsung menghibur.
“Ih apaan sih lu Ern. Lu ultah yaaa? Terus dikasih kejutan tuuuh hahaa. Ayo ketawa Ern.” Ucap Dini.
“Iye gue ultah dan gue ga bakal balik sini lagi Din haha.” Ucap Ern mencoba menghibur diri. Ern melihat sekeliling, ia tak menemukan dimana Dewa.
“Ayo baris berbanjar. Pasukan putri, putra 27, kumpul.” Perintah Kak Edo merapikan barisan.
“Eeeh gue mau deketan sama Ern.” Kata Dini sambil pindah tempat. Begitupun dengan Desica.
“Disini, ada yang mau ngomong sesuatu ke kalian.” Kata Edo sambil melirik ke arah Ern. Ern pura-pura tak mengetahui. Anak-anak mulai gusur.
“Aiih ayo kaaak. Laper nih. Mau pulang. Cepetan kaak.” Kata salah satu dari pasukan.
“Ayo, Ern maju sini.” Panggil Edo.
“Hah? Kenapa Kak?Ogah ah.” Jawab Ern enggan.
“Ayo cepetan Ern, kenapaaa?” kata bocah yang rusuh ingin mengisi perutnya.
Akhirnya Ern maju. Ern masih melihat sekeliling. Ia tetap mencari Dewa. Seperti mengetahui, Edo berusaha menenangkan Ern.
“Udah, ngomong dulu, nanti Kakak hubungin Dewa okay?” kata Edo.
“Dih harus ngomong apa kak?” tanya Ern.
“Udah apa aja. Nyanyi juga boleh.” Kata Edo.
“Ehem. Okay guys. Disini gue mau ngomong sesuatu sama kalian.” Kata Ern membuka. Ern duduk di depan pasukan.
“Gue bakalan pindah sekolah.” Anak-anak langsung bergumam.
“Iya gue serius. Gue bakal pindah ke kota yang mungkin kalian ga tau. Gue mau minta maaf aja. Gue tau gue banyak salah sama kalian. Gue juga mau ngomong makasih. Selama kalian jadi keluarga gue, kalian udah ngajarin gue apa itu arti kekompakan, arti kerja sama, arti bersusah-susah bareng. Dan bareng kalian gue ngerti arti persahabatan. Gue mohon sama kalian, jayain Pasukan Inti. Jangan sampe ade-ade kelas kita ga ngerasain adanya Pasukan Inti. Tetep semangat untuk ngeraih piala juara pertama. Tapi yang jelas tujuan kita dipasti bukan sekedar piala. Tapi kekeluargaan kita.” Ern mulai meneteskan air matanya. Namun Ern tetap mencari Dewa. Seakan mengerti, Raras mengatakan bahwa ia akan menghubungi Dewa. Makin banyak kakak kelas yang datang, menyaksikan perpisahan Ern.
“Ern, emang lo pindah kemana?” tanya Radith, tetangga kelas Ern.
“Lo ga bakal tau J “ jawab Ern.
“Okay guys, karena jam udah sore, gue akhirin pidato gue. Untuk yang terakhir, PASTI, JAYA! JAYA PASTI!” Ern kembali ke barisan. Dan Edo menggantikan posisi Ern didepan.
“Inget satu hal lagi, Ern, temen-temen semua, Kita dan Ern bukan berpisah. Kita masih satu keluarga, tapi cuman kepisah jarak. Dan Ern, sering-sering main kesini yaaa.” Kata Edo.
Semua bubar. Masih ada beberapa yang bergiliran memeluk Ern. Ern mengangis tersedu. Namun Dewa belum juga datang. Ahmed, kakak kelas Ern juga mencoba menghubungi Dewa. Sementara itu, anak kelas Ern berfoto dengan Ern. Ada Fauzy, Putri Dian, Lala, Desica, Sanamira, Arya, dan yang lainnya.
Beberapa menit kemudian, Edo mengatakan bahwa Dewa sedang mengerjakan tugas dirumah teman Dewa. Ern mengerti. Ern meminta tolong pada Edo agar menyampaikan, jika Dewa tidak bisa bertemu, tidak apa. Namun Edo berkata tidak. Dewa pasti mau meluangkan waktunya. Sekali lagi, Ern meneteskan beberapa air matanya.
Saat yang ditunggu tiba. Dewa datang bak pangeran berkuda putih dimata Ern. Muka Dewa nampak gugup. Ern tersenyum ke arah Dewa. Dewa turun dari motor merahnya.
“Udah lama?” tanya Dewa.
“Engga. Baru aja ko. Dari mana Dear?”
“Rumah temen. Kamu bener mau pindah?” tanya Dewa yang nafasnya masih memburu.
“Iya. Kakak jangan nakal yaa. Jangan marah-marah terus hehe.” Ujar Ern.
“Yaelah emangnya kakak anak kecil masih nakal-nakal gitu.” Kata Dewa.
Ern dan Dewa berdiri dibawah pohon yang sangat sejuk.
“Maafin aku kalo ada salah kak.” Kata Ern, menangis.
“Iya gapapa. Ga ada makhluk Tuhan yang sempurna.” Menyodorkan tissue.
“Ya ampun kakak bawaannya tissue?” Ern menghibur diri.
“Hehehe kakak kan orangnya bersih.” Jawab Dewa.
Waktu terasa berhenti. Ya, Ern menginginkan waktu berhenti berputar. Ia ingin lebih lama bersama Dewa.
“Eeeern. Mama kamu nelfon nih.” Kata Desica. Handphone Ern memang dibawa Desica sedaritadi.
“Bilang apa gitu kek. Bentar lagi.” Pinta Ern.
“Kak, Ern punya sesuatu buat kakak.” Kata Ern sembari mengeluarkan benda mungil dari tasnya.
Sepasang bangau kertas yang Ern buat semalam. Biru dan merah. Sesuai dengan warna kesukaan Ern dan Dewa. Ern memberikan bangau kertas biru kepada Dewa.
“Kakak, tandatangan disini yaa.” Pinta Ern.
Lalu mereka bertukar bangau kertas. Ern mendapatkan bangau kertas biru yang sudah dibubuhi tandatangan Dewa serta ucapan “I LOVE ERN”, dan Dewa mendapat bangau kertas berwarna merah yang telah tertulis “LOVE YOU MY DEAR” dan tanda tangan Ern.
Jam menunjukan pukul setengah lima sore. Karena takut dimarah, Ern pamit. Semua mengucap goodbye pada Ern. Termasuk Dewa. Dewa mengantarkan Ern sampai gerbang sekolah.
“Hati-hati yaa. I love you.” Kata Dewa.
“Iya sayang. Kakak juga hati-hati. Love you too.” Ern tersenyum melepas kepergian Dewa.
Didepan kost, mobil mama sudah penuh sesak oleh barang-barang Ern. Ern tak menyangka bakal secepat itu kepindahannya.
Sepanjang perjalanan, Ern melihat galeri foto di handphonnya. Sontak, Ern tertawa kecil. Ia menemukan foto dirinya dengan Dewa dan tanpa sadar kamera. Ada beberapa foto yang disukai Ern. Ketika Ern dan Dewa tersenyum dan saling menghadap. Ern langsung menjadikan foto tersebut wallpaper handphone-nya.
Dahulu, tepatnya tanggal sebelas November 2011, Dewa dan Ern memulai kisah kasih mereka. Hampir setiap malam Dewa dan Ern berbincang via telefon. Suatu ketika, saat Dewa menelfon Ern, sengaja Ern menyetel lagu favoritnya, “Me and My Boyfriend” dari Mocca. Disitu terdapat lirik I’ve got a boyfriend now he’s my dearest pal he’ll always catch me when I fall he’s always there when I call.
“Itu lagu judulnya apa?” tanya Dewa.
“Me and my boyfriend. Kenapa gitu?”
“Hehe itu jadiin lagu kita yaa hehe.” Kata Dewa kemudian. Dan semenjak itu, lagu tersebut bak lagu wajib yang mereka setel setiap saat.
Ern tahu kebiasaan Dewa setiap pagi, Dewa selalu mendengarkan mp3 player. Maka dengan iseng, Ern selalu bertanya apa lagu kesukaan Dewa saat ini.
“Kak Dew, lagu kesukaan kakak apaan?” tanya Ern di seberang telfon.
“Hmm apaan ya? She Had The World” kata Dewa.
“Lagunya siapa?” Ern mulai kepo.
Panic! At The Disco, sayang. Hehe. Eh, tau ga?” tanya Dewa.
“Apaan?”
“Aku sayang kamu. Hehehe.”  Ungkap Dewa. Bak melayang, Ern tersenyum, tersipu, dan sangat senang hatinya.
“Aku juga sayang kakak, hehe.” Balas Ern.
Setelah percakapan ditutup, Ern langsung browsing internet mencari lagu tersebut. Lalu ia dengarkan sampai fajar terbit.
Beberapa malam selanjutnya, giliran Ern yang menelfon Dewa.
“Halo” kata Ern.
“Salamnya mana?” Dewa mengingatkan.
“Ehehe. Assalamualaikuuum.” Ern mematuhi memakai salam.
“Nah gitu, baru pacar kakak. Lagi apa?”
“Dih bisa aja deh hehe. Lagi duduk. Kangen nih. Kakak lagi apa?” tanya Ern.
“Sama. Lagi kangen banget sama kamu hehe.”
“Gimana kabar pasukan inti?” tanya Ern.
“Ya gituu.” Jawab Dew malas.
“Kenapa? Eh kak, lagu kesukaan kakak sekarang apa?” seperti biasa, Ern bertanya tentang lagu.
“Hmm itu lagi ya. Apaan yaa? Lagu fix you dari Coldplay.” Jawab Dewa.
Seperti biasa, Ern langsung me-download lagu tersebut dan ia dengarkan sepanjang hari. Sampai saat ini, sudah terkumpul banyak lagu. Diantaranya She had the world, Me and my boyfriend, wind of change, you’re still the one, fix you, dan somebody that i used to know dari Gotye.
Hari-hari mereka jalani dengan penuh kasih sayang. Sampai suatu ketika, saat Ern sedang bermain sosial media dengan Dewa, Bunda Ern tak sengaja membaca percakapan antara mereka berdua. Ya, Bunda Ern tidak pernah memperbolehkan Ern untuk pacaran. Dan saat itu juga, Bunda Ern naik pitam.
“Ern, siapa itu Dewa?” bentak Bunda.
“Ha? Temen Bun. Kenapa?” jawab Ern gelagapan. Ini sudah kesekian kalinya Ern membuat alasan. Namun kali ini nada bicara Ern sudah tidak seperti biasanya. Ern gelagapan.
“Bohong! Bunda lihat kamu sayang-sayangan sama dia.” Bunda membentak, Ern terlonjak kaget.
“Dewa emang gitu, Bun. Dia kalo canda memang begitu.” Ern mengelak.
“Bohong. Putusin sekarang!” teriak Bunda tepat dihadapan Ern.
Ern tidak bisa berkata-kata. Disaksikan Bunda, Ern mengetik pada sosial media tersebut.
Kak, aku kira sampai disini aja hubungan kita. Aku ga mau kita terlalu jauh melangkah.”
Send.
Dengan kilat, Dewa membalas.
Kenapa memang? Kita lagi ga ada masalah juga kan?”
Hati Ern hancur. Mata Ern mulai panas. Tapi ia harus membendungnya.
“Its about a time dear.”
Dan, berakhirlah hubungan mereka. Handphone Ern disita oleh bunda selama kurang lebih seminggu.
Seminggu setelahnya, Ern mencoba menghubungi Dewa. Namun tidak ada respon. Ern sebenarnya ingin meberitahukan segalanya. Namun terlambat. Mungkin Dewa sudah terlalu kesal pada Ern yang memutuskannya tiba-tiba.
Setiap hari Ern mencoba merangkai kata-kata. Pastinya kata-kata untuk meminta maaf pada Dewa dan memberitahunya.
Beberapa hari kemudian, Ern berhasil menghubungi Dewa. Namun Dewa sudah menjadi dingin. Dewa sudah menganggap Ern adalah orang lain. Ern terluka.
Tak disangka, ketika Ern membuka sosial media tersebut, Dewa mengirimkan pesan.  Dewa mengirim kembali pesan yang pernah Ern berikan.
Its all about time dear”

No comments:

Post a Comment