Kau yang selalu dihatiku, kupuja kau sampai nanti berakhirnya nafas ini
Kau hembuskan udara segar dalam tubuh ini, dalam kelamnya jiwa ini, kau bangkitkan lagi dengan terangnya cintamu. Kau yang selalu ada dalam hatiku, kau yang selalu menemani tiap-tiap langkah kecilku. Kau yang selalu kurindu walau baru saja bertemu.
Kadang, waktu berlalu begitu cepat, setahun yang terasa sebulan, sebulan yang hanya terasa seminggu, dan lima jam yang terasa hilang dalam beberapa detik.
Heran ku bertanya. Mengapa waktu begitu cepat ketika saat bersamamu? Aku selalu merasa kehilangan ketika kenyamanan mulai merambah jiwaku. Aku yakin, rasa rindu ini takkan pernah bisa untuk dihilangkan sekalipun kau berada disampingku. Karena, melampiaskan kerinduan padamu membutuhkan waktu berkali-kali lipat daripada memunculkan perasaaan rindu yang dahsyat tersebut.
Hei kau yang jauh disana. Bendungan mataku tak mampu lagi bertahan ketika kau datang tepat mengetuk pintu rumahku. Ya, air mata bahagia ini yang selalu kusembunyikan ketika kau hadir. Dan sekali lagi kukatakan, waktu begitu cepat berlalu. Dan tiba saatnya kau pamit. Jujur, aku tak bisa menengadahkan wajahku padamu. Aku tak bisa berikanmu senyum yang kau pinta. Semua terlalu cepat untuk kita lalui. Dan ucapan terakhir yang dapat kudengar adalah "Aku sayang kamu" dan begitulah seterusnya. Namun apakah kau sadar? tiap injakan langkahmu pada tempatku menimbulkan benih cinta ini berkembang? Dan apakah kau menyadari bahwa aroma pekatmu masih terjebak di sini? Tiap kali kuhirup dalam-dalam nafasku, aku merasakan kau berada di sampingku, dan tak sengaja tetes demi tetes mata air yang berasal dari mata ini megalir dan menjadi deras. Aku masih merindukanmu.
Saat ini, semuanya masih sama. Aku, dan kau. Seperti biasa, kau mengetuk pintu rumahku. dan aku bergegas membukanya. Dan aroma pekat itu semerbak mengantarkanku pada cinta. Aku menikmati kebersamaan bersamamu, semuanya terasa begitu indah saat kau benar-benar nyata disisiku. Aku merasakan nyaman.. Dan tanpa sengaja, terlontar kata "Aku menyayangimu" dari bibirku. Entah kata apa lagi yang harus kukatakan padamu. Sayang, aku kehabisan kata-kata. Semua keta cinta telah terukir jelas di hatiku pada hatimu. Aku mencintaimu.
Lima jam berlalu, seperti kataku tadi,sangat cepat. Dan kau memutuskan untuk pamit. Tapi layaknya sebuah ritual, aku tak dapat menegadah menatap jelas wajahmu. Aku terlalu sedih unutk melepas kepergianmu. Aku terlalu merindukanmu hingga akhirnya aku menyiksa diriku sendiri. terlalu sakit unutk membiarkanmu pergi lagi. Ini rumahmu, sayang. Aku ingin kau selalu berada disisiku. Namun itu mustahil. kita mempunyai kesibukan masing-masing dan aku harus merelakan kepergianmu. Sekali lagi, aku takkan pernah bisa melepas kepergianmu. Rindu ini terlalu besar, Sayang.
Melepasmu layaknya melepaskan rekatan pada jalan dan tanah. Terlalu sulit untuk kulakukan. Aku berharap takkan adalagi perpisahan, yang ada hanyalah pertemuan yang tiada akhir....
sincerely, Yours
Kau hembuskan udara segar dalam tubuh ini, dalam kelamnya jiwa ini, kau bangkitkan lagi dengan terangnya cintamu. Kau yang selalu ada dalam hatiku, kau yang selalu menemani tiap-tiap langkah kecilku. Kau yang selalu kurindu walau baru saja bertemu.
Kadang, waktu berlalu begitu cepat, setahun yang terasa sebulan, sebulan yang hanya terasa seminggu, dan lima jam yang terasa hilang dalam beberapa detik.
Heran ku bertanya. Mengapa waktu begitu cepat ketika saat bersamamu? Aku selalu merasa kehilangan ketika kenyamanan mulai merambah jiwaku. Aku yakin, rasa rindu ini takkan pernah bisa untuk dihilangkan sekalipun kau berada disampingku. Karena, melampiaskan kerinduan padamu membutuhkan waktu berkali-kali lipat daripada memunculkan perasaaan rindu yang dahsyat tersebut.
Hei kau yang jauh disana. Bendungan mataku tak mampu lagi bertahan ketika kau datang tepat mengetuk pintu rumahku. Ya, air mata bahagia ini yang selalu kusembunyikan ketika kau hadir. Dan sekali lagi kukatakan, waktu begitu cepat berlalu. Dan tiba saatnya kau pamit. Jujur, aku tak bisa menengadahkan wajahku padamu. Aku tak bisa berikanmu senyum yang kau pinta. Semua terlalu cepat untuk kita lalui. Dan ucapan terakhir yang dapat kudengar adalah "Aku sayang kamu" dan begitulah seterusnya. Namun apakah kau sadar? tiap injakan langkahmu pada tempatku menimbulkan benih cinta ini berkembang? Dan apakah kau menyadari bahwa aroma pekatmu masih terjebak di sini? Tiap kali kuhirup dalam-dalam nafasku, aku merasakan kau berada di sampingku, dan tak sengaja tetes demi tetes mata air yang berasal dari mata ini megalir dan menjadi deras. Aku masih merindukanmu.
Saat ini, semuanya masih sama. Aku, dan kau. Seperti biasa, kau mengetuk pintu rumahku. dan aku bergegas membukanya. Dan aroma pekat itu semerbak mengantarkanku pada cinta. Aku menikmati kebersamaan bersamamu, semuanya terasa begitu indah saat kau benar-benar nyata disisiku. Aku merasakan nyaman.. Dan tanpa sengaja, terlontar kata "Aku menyayangimu" dari bibirku. Entah kata apa lagi yang harus kukatakan padamu. Sayang, aku kehabisan kata-kata. Semua keta cinta telah terukir jelas di hatiku pada hatimu. Aku mencintaimu.
Lima jam berlalu, seperti kataku tadi,sangat cepat. Dan kau memutuskan untuk pamit. Tapi layaknya sebuah ritual, aku tak dapat menegadah menatap jelas wajahmu. Aku terlalu sedih unutk melepas kepergianmu. Aku terlalu merindukanmu hingga akhirnya aku menyiksa diriku sendiri. terlalu sakit unutk membiarkanmu pergi lagi. Ini rumahmu, sayang. Aku ingin kau selalu berada disisiku. Namun itu mustahil. kita mempunyai kesibukan masing-masing dan aku harus merelakan kepergianmu. Sekali lagi, aku takkan pernah bisa melepas kepergianmu. Rindu ini terlalu besar, Sayang.
Melepasmu layaknya melepaskan rekatan pada jalan dan tanah. Terlalu sulit untuk kulakukan. Aku berharap takkan adalagi perpisahan, yang ada hanyalah pertemuan yang tiada akhir....
sincerely, Yours
No comments:
Post a Comment